Selamat Datang di Blog selaluterinspirai.blogspot.com Terimakasih atas kunjungannya, Arigatou Gosaimasu!

Selasa, 27 November 2018

Laporan Praktikum Analisis Lemak

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS PANGAN
ACARA V
LEMAK


ROMBONGAN 1
KELOMPOK 5
Maulana Nur Ardian ( A1F016008 )
Ratih Meika Dewi       ( A1F016027 )


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018



BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak merupakan sumber energy yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu lemak dan minyak menghasilkan 9 kkal/gram sedangkang protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Lemak dan minyak terdapathampir disemua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Lemak dan minyak tidak berbeda dalam bentuk umum tridliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh lemak dan minyak tergantung pada strukturnya, biasanya meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon.
Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsure-unsur karbon, hidrogen dan oksigen meliputi asam lemak, malam, serol, vitamin-vitamin yang larut didalam lemak (contohnya A, D, E dan K), monogliserida, digliserida, fosfolemak, glikolemak, terpenoid dan lain-lain.
Mengekstraksi lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebeb pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholemak, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, kholofil dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang. Pelarut seperti dietil eter, bexana, benzene, petroleum eter dan lain-lain.
Dalam praktikum kali ini akan dibahas tentang analisis lemak dengan metode sokhlet dan analisis kandungan Asam Lemak Bebas (FFA). Prinsip sokhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Sedangkan asam lemak (Free Fatty Acid / FFA) untuk mengetahui kualitas dari minyakatau lemak, hal ini dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk mengukur dan mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sample. Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam sampel semakin tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik.

B.     Tujuan
1.      Mengetahui dan memahami cara analisis lemak dengan Metode Sokhlet.
2.      Mengetahui dan memahami cara analisis kandungan Asam Lemak Bebas.





II.                TINJAUAN PUSTAKA
Lemak dan minyak adalah suatu trigliserida atau triasigliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Lemak tersusun oleh asam lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tidak jenuh. Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidal larut dalam air. Minyak atau lemak dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi jaringan tanaman atau hewan yang mengandung lemak (Asih, 2006 dalam Sahriawati dan Daud, 2016). Keberadaan lemak atau minyak dalam suatu bahan pangan perlu untuk dipertimbangkan konsentrasinya, karena selain memiliki fungsi yang penting bagi tubuh, lemak juga memiliki efek negatif, diantaranya dapat mengalami reaksi oksidasi dan hidrolisis hingga menyebabkan ketengikan pada ikan dan bahan pangan lainnya (Sahriawati dan Daud, 2016).
Angka asam menggambarkan jumlah kandungan asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak. Angka asam ini muncul akibat proses hidrolisis triasilgliserol yang terjadi didalam minyak (Panangan et al., 2011 dalam Sahriawati dan Daud, 2016). Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisis. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan berpengaruh tehadap kualitas produk gorengan (Nurhasnawati, dkk, 2015). Semakin tinggi nilai FFA maka semakin banyak asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak tersebut, sehingga asam lemak bebas tersebut akan mempengaruhi sifat kimia, sifat fisik dan stabilitas minyak selama proses penggorengan (Panagan, 2010 dalam Barau, dkk, 2015).
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak (Ketaren, 1989 dalam Sari, 2015). Lemak dan minyak dapat diperoleh dari ekstraksi jaringan hewan atau tanaman dengan tiga cara, yaitu rendering (dengan pemanasan), pengepresan (pressing dengan tekanan tinggi), atau dengan pelarut. Cara ekstraksi dengan pelarut dilakukan menggunakan pelarut dan digunakan untuk bahan yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan dilarutkan dengan pelarut. Tetapi cara ini kurang efektif, karena pelarutmya mahal dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan (Winarno, 1984 dalam Sari, 2015). Proses ekstraksi dipengaruhi oleh metode, pelarut, suhu, serta waktu ekstraksi yang akan berpengaruh terhadap konsentrasi serta kualitas ekstrak minyak yang dihasilkan (Sahriawati dan Daud, 2016).
Ekstraksi merupakan salah satu metoda pemisahan zat terlarut dengan pelarutnya berdasarkan titik didih pelarut. Metode ekstraksi terbagi atas 2 cara, yaitu:
a. Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simpilisia yang digunakan dihaluskan berupa serbuk kasar, dilarutkan dengan bahan pengekstraksi.
b. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan cara ekstraksi yang dilakukan dalam sebuah alat yang disebut soxhlet dengan pelarut polar berdasarkan titik didihnya. Senyawa yang rentan terhadap panas seperti katekin tidak baik menggunakan metode soxhlet. Pelarut yang biasa digunakan untuk ekstraksi diantaranya adalah metanol, etanol, etil asetat, aseton dan asetonitril dengan air (Damanik, dkk, 2014). Pada metode soxhlet, walaupun waktu ekstraksi lebih singkat dan jumlah pelarut yang dibutuhkan lebih sedikit, metode ini harus menggunakan pelarut yang mudah menguap dan kurang ramah lingkungan (Zullaikah, dkk, 2015).
Bahan yang digunakan sebagai sampel dalam praktikum ini yaitu kacang kedelai, kacang merah, ikan nila, ikan kembung, ketela ungu dan ketela putih. Kedelai merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang memiliki kadar protein yang cukup tinggi. Dalam 100 g kedelai mengandung energi 381 kkal, protein 40 g, lemak 16,7 g dan karbohidrat 24,9 g (Tanuwijaya, et al., 2016).
Kacang merah mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis yaitu Phaseolus vulgaris L, hanya tipe pertumbuhan dan kebiasaan panennya berbeda. Kacang merah (kacang jogo) sebenarnya merupakan kacang buncis tipe tegak (tidak merambat) dan umumnya dipanen polong tua atau biji-bijian saja, sehingga disebut juga Bush bean. Kacang merah memiliki kandungan protein yang hampir setara dengan daging, rendah natrium, rendah lemak jenuh serta tinggi asam lemak tidak jenuh (asam linoleat). Asam lemak tidak jenuh berperan dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler dan kanker usus (Manomani et al, 2014).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki bentuk tubuh yang panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi yaitu 34 lembar. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Bagian pinggir dan sirip punggung serta dadanya berwarna hitam (Khairuman dan Amri, 2013). Kandungan protein ikan Nila sebesar 43,76%; lemak 7,01%; kadar abu 6,80% dan air 4,28% per 100 gram berat ikan (Purwani, 2009 dalam Rais, 2017).
Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) merupakan jenis schooling fish atau ikan yang bergerombol. Ikan ini berenang dengan cara mulut dan tapis insang terbuka, ini merupakan cara makan dengan menyaring plankton yang masuk ke mulut dan tersaring di tapis insang. Panjang tubuh maksimal ikan kembung mencapai 35 cm. dalam 100 gram ikan kembung terdapat 22,00% protein, 0,70% lemak, 0,22% abu, dan 75,00% air (Siregar, 2011).
Kandungan gizi ketela ungu dalam 100 gram berat bahan adalah Pati (%) 22, 64, Gula reduksi (%) 0,30 Lemak (%) 0,94, Protein (%) 0,77, Air (%) 70,46, Abu (%)0,84.Kandungan gizi ketela putih per 100 gr bdd yaitu energi 123 kkal, protein 1,8 gr, lemak 0,7 gr, karbohidrat 27,9 gr, kalsium 30 mg, fosfor 49 mg, besi 0,7 mg, vitamin A 7700 SI, vitamin C 22 mg, vitamin B1 0,90 mg (Winarti, 2010 dalam Rahayu, et al., 2012).
Penurunan kadar FFA dapat dilakukan dengan cara esterifikasi dan transesterifikasi. Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alcohol. Asam sulfat, asam sulfonat organic atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial. Transesterifikasi (biasa disebut alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester melalui reaksi dengan alcohol dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Prinsip reaksi esterifikasi asam lemak bebas atau reaksi transesterifikasi trigliserida dengan alcohol dengan bantuan katalis dan dari reaksi ini akan menghasilkan metil ester atau etil ester asam lemak dan gliserol (Fajar, 2015).












BAB III. METODE PRAKTIKUM

A.      Alat dan Bahan
a.    Alat yang digunakan dalam praktikum lemak kali ini adalah :
·      Erlenmeyer
·      Sokhlet
·      Pipet ml
·      Desikator
·      Timbangan
·      Kertas saring
·      Oven

b.    Bahan yang digunakan dalam praktikum lemak kali ini adalah :
·      Kacang kedelai
·      Kacang merah
·      Ikan nila
·      Ikan kembung
·      Ketela ungu
·      Ketela putih
·      Petroleum benzene

B.     Prosedur Kerja
a.       Penentuan kadar lemak metode tunggal
Erlenmeyer di oven selama 1 jam, dismasukkan kedalam desikator 15 menit, lalu ditimbang
Timbang 2 g sampel, dibungkus dengan kertas saring, dioven selama 2 jam, kemudian didesikator 15 menit.
Dimasukkan kedalam tabung sokhlet
Dituang 25 ml petroleum benzene sampai terendam
Diekstraksi selama 4 jam dan hasil ekstraksi kemudian diuapkan selama 1 jam
Kemudian dikeringkan dalam oven, masukan dalam desikator
Timbang berat Erlenmeyer setelah diekstraksi dan dihitung kadar lemaknya.
 



b.      Penentuan kadar lemak metode komersial
Timbang 2 g sampel, dibungkus dengan kertas saring, dioven selama 2 jam, kemudian didesikator 15 menit.

Dimasukkan kedalam tabung sokhlet

Dituang 25 ml petroleum benzene sampai terendam
 








                                                                                                                                                                       

Diekstraksi selama 4 jam dan hasil ekstraksi kemudian diuapkan selama 1 jam
Kemudian dikeringkan dalam oven, masukan dalam desikator
Timbang berat Erlenmeyer setelah diekstraksi dan dihitung kadar lemaknya.
 














                                                                                                                                                                 
c.      
Asam lemak bebas dinyatakan sebagai % FFA atau sebagai angka asam.
Persen asam lemak bebas dinyatakan dalam asam lemak dominan masing-masing bahan
Titrasi dengan larutan 0,01 N NaOH yang telah di standardisasi sampai warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik
Ditambahkan 50 ml alkohol netral yang panas dan 2 ml indicator phenolphthalein (PP)
Ditimbang sebanyak 28,2 sampai 28,4 contoh dalam Erlenmeyer
Bahan diaduk merata dan dalam keadaan cair pada waktu diambil contohnya
Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA)












                                                                                                                                                                    

BAB IV . HASIL










BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
1.      Penentuan Kadar Lemak

No
Bahan
Berat Awal (gram)
Berat Akhir (gram)
% Lemak
1.
Kacang kedelai
2,009
2,1447
-13,57%
2.
Kacang merah
2,0679
1,7146
35,33%
3.
Ikan nila
2,0342
0,035
3,5%
4.
Ikan kembung
2,1173
1,3217
79,56%
5.
Ketela ungu
2,0376
1,4998
53,78%
6.
Ketela putih
2,1907
1,6205
57,02%

Perhitungan :
·      Kacang kedelai              : (2,009 – 2,1447) x 100%      = -13,57%
·      Kacang merah                : (2,0679 – 1,7146) x 100%    = 35,33%
·      Ikan nila                         : (0,035) x 100%                     = 3,5%
·      Ikan kembung                : (2,1173 – 1,3217) x 100%    = 79,56%
·      Ketela ungu                   : (2,0376 – 1,4998) x 100%    = 53,78%
·      Ketela putih                   : (2,1907 – 1,6205) x 100%    = 57,02


2.      Penentuan Kadar FFA

No
Bahan
Berat awal (g)
ml NaOH
Asam lemak
% FFA
BM asam lemak
1
Kacang kedelai
28,022
24,3
As. lemak linoleat
0,243
280,745
2
Kacang merah
28,0240
25,3
As. lemak linoleat
0,253
280,4472
3
Ikan nila
28, 1562
17,4
As. lemak linoleat
0,17
280,4472
4
Ikan kembung
28,2209
24,3
As. lemak linoleat
0,24
280,4472
5
Ketela ungu
28,005
20
As. lemak linoleat
0,2
280,44
6
Ketela putih
28,080
21,6
As. lemak linoleat
0,26
280,44

Pertihungan :
 % FFA =  

1.      Kacang kedelai

% FFA =  
             =
             =  0,243 %
2.      Kacang merah

% FFA =  
             =
             =  0,253 %
3.      Ketela ungu
% FFA =  
             =
             =  0,2 %

4.      Ketela putih
% FFA =  
             =
             =  0,26 %
5.      Ikan nila
% FFA =  
             =
             =  0,17%
6.      Ikan kembung
% FFA =  
             =
             =  0,24 %


A.    Pembahasan

Praktikum Analisis Pangan acara Lemak ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Praktikum ini bertujuan utuk mengetahui dan memahami cara analisis lemak dengan Metode Sokhlet dan cara analisis kandungan Asam Lemak Bebas. Analisis kadar lemak pada praktikum kali ini menggunakan metode soxhlet dan komersial. Bahan yang dianalisis antara lain ketala ungu, ketela putih, ikan nila, ikan kembung, kacang kedelai, dan kacang merah.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengoven elenmeyer. Kemudian dimasukkan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Langkah selanjutnya adalah menimbang bahan 2 gram dan dihaluskan. Proses penghalusan bahan akan menyebabkan proses ekstraksi menjadi semakin mudah dan dapat berlangsung optimal. Setelah itu bahan dibungkus kertas saring kemudian dioven selama 2 jam lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit. Kemudian bahan dimasukkan dalam tabung soxhlet dan dituang 25 ml pelarut petroleum benzene, yang berfungsi untuk mengekstraksi (melarutkan) lemak pada bahan karena lemak hanya dapat larut pada pelarut organik non polar. Setelah itu dilakukan proses ekstraksi lemak selama 4 jam. Pelarut yang memiliki titik didih lebih rendah akan diuapkan dan dikondensasi saat melewati kondensor lalu pelarut akan jatuh membasahi bahan dan lemak bahan akan terekstraksi. Kemudian lemak dioven dan dimasukkan ke desikator lalu ditimbang beratnya.
Berdasarkan hasil perhitungan, setiap bahan memiliki kadar lemak yang berbeda-beda. Kacang kedelai -13,57%, kacang merah 35,33%, ikan nila 3,5%, ikan kembung 79,56%, ketela ungu 53,78%, dan ketela putih 57,02%. Bila diurutkan dari tinggi ke rendah yaitu ikan kembung >  ketela putih > ketela ungu > kacang merah > ikan nila > kacang kedelai. Hasil kadar lemak kacang kedelai menunjukan negative dikarenakan error.
Menurut literatur, kandungan asam lemak kedelai sebagian besar adalah asam lemak tidak jenuh dengan kadar asam linolenat 5 – 10%, asam linoleat 43 -56%,asam oleat 15 – 33 % dan asam lemak jenuh 26% (Estiasih, 2005 dalam Sawitri, 2011). Hasil analisis kadar lemak pada praktikum ini berbeda dengan literature, dalam literature (Winarni, 2015) disebutkan kandungan lemak kacang merah sebesar 1,1 g per 100 g bahan, artinya kandungan lemak hanya sekitar 1%, sedangkan dalam praktikum ini lebih dari 35%. Pada nila kandungan lemak tidak lebih besar dari 0,10-0,18 gram dalam 100 g bahan (Ramlah, et al, 2018) , namun dalam praktikum ini kandungan lemak sangat tinggi sekitar 3,5%. Kandungan lemak yang tinggi pada ikan nila disebabkan oleh faktor fisiologi dalam tubuh ikan dan faktor lingkungan seperti jumlah ketersedian makanan di diperairan. Pada ikan kembug kandungan lemak sangat tinggi sekitr 10,13%. Kadar lemak yang tinggi inilah yang menyebabkan daging ikan kembung berwarna merah (Santoso et al, 2011).
Pada analisis kadar asam lemak bebas/ free fatty acid  (FFA) langkah pertama yang dilakukan adalah bahan diambil dalam keadaan cair. Kemudian ditimbang 28,2 sampai 28,4 dan dimasukkan dalam erlenmeyer. Langkah selanjutnya adalah ditambah 50 ml alkohol netral dalam kondisi panas dan 2 ml indikator PP. Dalam kondisi yang panas, alkohol akan lebih baik dan lebih cepat melarutkan sampel yang juga non polar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh benar-benar tepat. Setelah itu dititrasi menggunakan larutan 0,001 N NaOH sampai berubah warna menjadi merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik. Kemudian dilakukan penghitungan asam lemak bebas (FFA). FFA dinyatakan dengan bilangan asam atau angka asam. Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan 1 gram sampel (Suroso, 2013).
Menurut Nurhasnawati, dkk, (2015), asam lemak dalam bahan pangan dengan kadar lebih dari 0,2% dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Selama penetuan kadar asam lemak bebas, diperlukan adanya ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi yang dapat menyebabkan volume NaOH yang dipakai selama titrasi (titik akhir titrasi) yang sebenarnya terlewat. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa kadar asam lemak bebas bahan-bahan tersebut menghasilkan presentase yang berbeda, kacang kedelai 0,243%, kacang merah 0,253%, ketela ungu 0,2%, ketela putih 0,26%, ikan nila 0,17%, dan ikan kembung 0,24% dengan hasil yang terbesar adalah asam lemak bebas ketela putih yaitu 0,26% dan presentase asam lemak bebas terendah adalah asam lemak bebas ikan nila yaitu 0,17%.
Asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa lemak (Sopianti et al, 2017). Menurut Fajar (2015), penurunan kadar FFA dapat dilakukan dengan cara esterifikasi dan transesterifikasi. Prinsip reaksi esterifikasi asam lemak bebas atau reaksi transesterifikasi trigliserida dengan alcohol dengan bantuan katalis dan dari reaksi ini akan menghasilkan metil ester atau etil ester asam lemak dan gliserol. Dalam bahan pangan, asam lemak bebas diharapkan dalam kondisi yang sedikit, hal ini dikarenakan semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka kualitas minyak/lamak pada bahan tersebut cenderung tidak baik (Bariyah, et al., 2017). Pada praktikum ini didapati bahwa kacang kedelai, kacang merah, ketela putih dan ketela ungu memilki angka FFA yang cukup tinggi diatas 0,2%, sehingga kemungkinan bahan tersebut memiliki kualitas lemak yang tidak baik dan flavor minyak yang tidak dikehendaki. Pada ikan lele dan kembung angka FFA dibawah 0,2%, Perbedaan kandungan asam lemak tak jenuh ikan mempengaruhi kadar asam lemak bebas pada hasil ekstraksi minyak ikan kasar. Terjadinya asam lemak bebas pada minyak ikan kasar disebabkan oleh adanya pemanasan pada saat ektraksi. Rantai karbon yang memiliki ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh akan bereaksi dengan panas sehingga terbentuklah asam lemak bebas yang bisa mempengaruhi kualitas minyak ikan (Aditia, et al., 2014).















BAB IV. PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1.      Hasil analisis kadar lemak dari praktikum ini yaitu kacang kedelai 13,57%, kacang merah 35,33%, ikan nila 3,5%, ikan kembung 79,56%, ketela ungu 53,78%, dan ketela putih 57,02%. Bila diurutkan dari tinggi ke rendah yaitu ikan kembung >  ketela putih > ketela ungu > kacang merah > ikan nila > kacang kedelai.
2.      Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa kadar asam lemak bebas bahan-bahan tersebut menghasilkan presentase yang berbeda, kacang kedelai 0,243%, kacang merah 0,253%, ketela ungu 0,2%, ketela putih 0,26%, ikan nila 0,17%, dan ikan kembung 0,24% dengan hasil yang terbesar adalah asam lemak bebas ketela putih yaitu 0,26% dan presentase asam lemak bebas terendah adalah asam lemak bebas ikan nila yaitu 0,17%.
B.     Saran
            Diharapkan praktikan lebih teliti dalam menjalankan setiap bagian dari pengerjaan praktikum, sehingga tidak ada kesalahan. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum sebaiknya divalidasi terlebih dahulu agar data yang dihasilkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Aditia ,Rifki Prayoga ., Y.S. Darmanto, Romadhon. 2014. Perbandingan Mutu Minyak Ikan Kasar Yang Diekstrak Dari Berbagai Jenis Ikan Yang Berbeda. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, Volume 3, Nomer 3, Halaman 55-60.
Barau, Fitri, dkk. 2015. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Pengadsorbsi Minyak Jealantah. J. Akad. Kim. 4(1): 8-16, February, ISSN 2302-6030. Palu: Universitas Tadulako.
Bariyah , Khoerul., Nuri Andarwulan, Purwiyatno Hariyadi. 2017. Pengurangan Kadar Digliserida dan Asam Lemak Bebas dalam Minyak Sawit Kasar Menggunakan Adsorben. AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017, Hal. 48-58.
Damanik, Desta Donna Putri, dkk.  2014. Ekstraksi Katekin Dari Daun Gambir (Uncaria gambir roxb) Dengan Metode Maserasi Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2 (Juni). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Fajar, Berkah, dkk. 2015. Optimasi Transesterifikasi Biodiesel Menggunakan Campuran Minyak Kelapa Sawit Dan Minyak Jarak Degan Teknik Ultrasonik Pada Frekuensi 28 kHZ. Proceding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV). Semarang: Universitas Diponegoro.
Khairuman, dan K. Amri. 2013. Budi Daya Ikan Nila. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Manonmani D, Bhol S, Bosco SJD. 2014. Effect of Red Kidney Bean Flour on Bread Quality. Open Access Library Journal. 2014; 1:1-6.
Nurhasnawati, Henny, dkk. 2015. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Dan Bilangan Peroksida Pada Minyak Goreng Yang Digunakan Pedagang Gorengan Di Jl. A. W. Sjahranie Samarinda. Jurnal Ilmiah Manuntung, I(1), 25-30. Samarinda: Akademi Farmasi Samarinda.
Rahayu, Paramitha., Siti Fathonah, Meddiati Fajri. 2012. Daya Terima Dan Kandungan Gizi Makanan Tambahan Berbahan Dasar Ubi Jalar Ungu. Food Science and Culinary Education Journal No. 1 Vol 1.ISSN 2252-6587.
Rais, Ainun Fitriah. 2017. Analisis Profil Protein Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Berbasis Sds-Page Berdasarkan Variasi Lama Marinasi Dan Konsentrasi Asam Cuka. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.
Ramlah., Eddy Soekendarsi, Zohrah Hasyim. 2018. Perbandingan Kandungan Gizi Ikan Nila Oreochromis Niloticus Asal Danau Mawang Kabupaten Gowa Dan Danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Jurnal Biologi Unhas. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sahriawati dan Ahmad Daud. 2016. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Ikan Metode Soxhletasi Dengan Variasi Jenis Pelarut Dan Suhu Berbeda. Jurnal Galung Tropika, 5 (3) Desember, hlmn. 164 – 170, ISSN Online 2407-6279, ISSN Cetak 2302-4178. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Pangkep.
Santoso, Joko. Fie Ling, Ratna Handayani. 2011. Pengaruh Pengkomposisian Dan Penyimpanan Dingin Terhadap Perubahan Karakteristik Surimi Ikan Pari (Trygon Sp.) dan Ikan Kembung (Rastrelliger Sp.). Jurnal Akuatika. Vol 2, No 2.
Sari, Rizka Wulan. 2015. Perbandingan Komposisi Asam Lemak Antara Minyak Ikan Gurami (Osphronemus goramy Lacépède) Dengan Minyak Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linnaeus) Menggunakan Kromatografi Gasspektroskopi Massa. Srikpsi. Universitas Islam Bandung, Bandung.
Sawitri, M. E. 2011. Kajian Penggunaan Ekstrak Susu Kedelai Terhadap Kualitas Kefir Susu Kambing. J. Ternak Tropika. Vol. 12, No.1: 15-21.
Siregar,Resmi Rumenta. 2011. Pengolahan Ikan Kembung. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Jakarta.
Sopianti, Densi Selpia., Herlina, Handi Tri Saputra. 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng. Jurnal Katalisator. Vol 2 No. 2. E-ISSN : 2502-0943.
Suroso, Asri Sulistijowati. 2013. Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai Ditinjau dari Bilangan Peroksida, Bilangan Asam dan Kadar Air. Jurnal Kefarmasian Indonesia Vol 3.2.2013: 77-88.
Tanuwijaya, Laksmi Karunia. et al. 2016. Potensi “KHiMeLor” sebagai Tepung Komposit Tinggi Energi Tinggi Protein Berbasis Pangan Lokal. Indonesian Journal of Human Nutrition. Vol.3 No.1 Suplemen : 71 – 79.
Winarni, Sri. 2015. Uji Protein Dan Organoleptik Es Krim Komposisi Kacang Merah (Phaseolus vulgaris) Dan Susu Skim Dengan Penambahan Mangga Kuweni (Mangifera odorata). Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Zullaikah, Siti, dkk. 2015. Subcritical Water Extraction of Essential Oils from Indonesia Basil (Kemangi) Leaf: Effects of Temperature and Extraction Time on Yield and Product Composition. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693-4393, Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia, Yogyakarta, 18 Maret. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.