LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS PANGAN
ACARA V
LEMAK
ROMBONGAN 1
KELOMPOK 5
Maulana Nur Ardian ( A1F016008 )
Ratih Meika Dewi
( A1F016027 )
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lemak dan minyak
merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.
Selain itu lemak dan minyak merupakan sumber energy yang efektif dibandingkan
dengan karbohidrat dan protein. Satu lemak dan minyak menghasilkan 9 kkal/gram
sedangkang protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Lemak dan
minyak terdapathampir disemua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda.
Lemak dan minyak tidak berbeda dalam bentuk umum tridliseridanya, tetapi hanya
berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik
lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair.
Titik leleh lemak dan minyak tergantung pada strukturnya, biasanya meningkat
dengan bertambahnya jumlah karbon.
Lemak merupakan
sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsure-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen meliputi asam lemak, malam, serol, vitamin-vitamin yang
larut didalam lemak (contohnya A, D, E dan K), monogliserida, digliserida,
fosfolemak, glikolemak, terpenoid dan lain-lain.
Mengekstraksi
lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebeb pada waktu mengekstraksi
lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol,
phospholemak, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, kholofil dan lain-lain.
Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan larut dalam air
tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut
menjadi berkurang. Pelarut seperti dietil eter, bexana, benzene, petroleum eter
dan lain-lain.
Dalam praktikum
kali ini akan dibahas tentang analisis lemak dengan metode sokhlet dan analisis
kandungan Asam Lemak Bebas (FFA). Prinsip sokhlet ialah ekstraksi menggunakan
pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah
pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Sedangkan asam lemak (Free Fatty Acid / FFA) untuk mengetahui
kualitas dari minyakatau lemak, hal ini dikarenakan bilangan asam dapat
dipergunakan untuk mengukur dan mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu
bahan atau sample. Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam
lemak bebas dalam sampel semakin tinggi, besarnya asam lemak bebas yang
terkandung dalam sampel dapat diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena
proses pengolahan yang kurang baik.
B.
Tujuan
1. Mengetahui
dan memahami cara analisis lemak dengan Metode Sokhlet.
2. Mengetahui
dan memahami cara analisis kandungan Asam Lemak Bebas.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Lemak dan minyak adalah suatu trigliserida atau triasigliserol.
Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah pada temperatur kamar lemak
berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Lemak tersusun oleh asam lemak jenuh
sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tidak jenuh. Lemak dan minyak adalah
bahan-bahan yang tidal larut dalam air. Minyak atau lemak dapat diperoleh
dengan cara mengekstraksi jaringan tanaman atau hewan yang mengandung lemak
(Asih, 2006 dalam Sahriawati dan Daud,
2016). Keberadaan lemak atau minyak dalam suatu bahan pangan perlu untuk
dipertimbangkan konsentrasinya, karena selain memiliki fungsi yang penting bagi
tubuh, lemak juga memiliki efek negatif, diantaranya dapat mengalami reaksi
oksidasi dan hidrolisis hingga menyebabkan ketengikan pada ikan dan bahan
pangan lainnya (Sahriawati dan Daud,
2016).
Angka asam menggambarkan jumlah kandungan asam lemak bebas yang
terdapat dalam minyak. Angka asam ini muncul akibat proses hidrolisis
triasilgliserol yang terjadi didalam minyak (Panangan et al., 2011 dalam
Sahriawati dan Daud, 2016). Asam
lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisis. Kandungan asam
lemak bebas yang tinggi akan berpengaruh tehadap kualitas produk gorengan
(Nurhasnawati, dkk, 2015). Semakin tinggi nilai FFA maka semakin banyak asam
lemak bebas yang terdapat dalam minyak tersebut, sehingga asam lemak bebas
tersebut akan mempengaruhi sifat kimia, sifat fisik dan stabilitas minyak
selama proses penggorengan (Panagan, 2010 dalam Barau, dkk, 2015).
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak (Ketaren, 1989 dalam Sari,
2015). Lemak dan minyak dapat diperoleh dari ekstraksi jaringan hewan atau
tanaman dengan tiga cara, yaitu rendering
(dengan pemanasan), pengepresan (pressing
dengan tekanan tinggi), atau dengan pelarut. Cara ekstraksi dengan pelarut
dilakukan menggunakan pelarut dan digunakan untuk bahan yang kandungan
minyaknya rendah. Lemak dalam bahan dilarutkan dengan pelarut. Tetapi cara ini
kurang efektif, karena pelarutmya mahal dan lemak yang diperoleh harus
dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan (Winarno, 1984 dalam Sari,
2015). Proses ekstraksi dipengaruhi oleh metode, pelarut, suhu, serta waktu
ekstraksi yang akan berpengaruh terhadap konsentrasi serta kualitas ekstrak
minyak yang dihasilkan (Sahriawati dan
Daud, 2016).
Ekstraksi merupakan salah satu metoda pemisahan zat terlarut dengan
pelarutnya berdasarkan titik didih pelarut. Metode ekstraksi terbagi atas 2
cara, yaitu:
a. Maserasi
Maserasi
merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simpilisia yang digunakan
dihaluskan berupa serbuk kasar, dilarutkan dengan bahan pengekstraksi.
b. Soxhletasi
Soxhletasi
merupakan cara ekstraksi yang dilakukan dalam sebuah alat yang disebut soxhlet
dengan pelarut polar berdasarkan titik didihnya. Senyawa yang rentan terhadap
panas seperti katekin tidak baik menggunakan metode soxhlet. Pelarut yang biasa
digunakan untuk ekstraksi diantaranya adalah metanol, etanol, etil asetat,
aseton dan asetonitril dengan air (Damanik, dkk, 2014). Pada metode soxhlet, walaupun waktu ekstraksi
lebih singkat dan jumlah pelarut yang dibutuhkan lebih sedikit, metode ini
harus menggunakan pelarut yang mudah menguap dan kurang ramah lingkungan (Zullaikah, dkk, 2015).
Bahan
yang digunakan sebagai sampel dalam praktikum ini yaitu kacang kedelai, kacang
merah, ikan nila, ikan kembung, ketela ungu dan ketela putih. Kedelai merupakan
salah satu jenis kacang-kacangan yang memiliki kadar protein yang cukup tinggi.
Dalam 100 g kedelai mengandung energi 381 kkal, protein 40 g, lemak 16,7 g dan
karbohidrat 24,9 g (Tanuwijaya, et al., 2016).
Kacang
merah mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis yaitu Phaseolus vulgaris L, hanya tipe
pertumbuhan dan kebiasaan panennya berbeda. Kacang merah (kacang jogo)
sebenarnya merupakan kacang buncis tipe tegak (tidak merambat) dan umumnya
dipanen polong tua atau biji-bijian saja, sehingga disebut juga Bush bean. Kacang merah memiliki
kandungan protein yang hampir setara dengan daging, rendah natrium, rendah
lemak jenuh serta tinggi asam lemak tidak jenuh (asam linoleat). Asam lemak
tidak jenuh berperan dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler dan kanker
usus (Manomani et al, 2014).
Ikan
nila (Oreochromis niloticus) memiliki
bentuk tubuh yang panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya
besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea
lateralis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya
lebih ke bawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah
sisik pada gurat sisi yaitu 34 lembar. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip
dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Bagian
pinggir dan sirip punggung serta dadanya berwarna hitam (Khairuman dan Amri,
2013). Kandungan protein ikan Nila sebesar 43,76%; lemak 7,01%; kadar abu 6,80%
dan air 4,28% per 100 gram berat ikan (Purwani, 2009 dalam Rais, 2017).
Ikan
kembung (Rastrelliger kanagurta)
merupakan jenis schooling fish atau
ikan yang bergerombol. Ikan ini berenang dengan cara mulut dan tapis insang
terbuka, ini merupakan cara makan dengan menyaring plankton yang masuk ke mulut
dan tersaring di tapis insang. Panjang tubuh maksimal ikan kembung mencapai 35
cm. dalam 100 gram ikan kembung terdapat 22,00% protein, 0,70% lemak, 0,22%
abu, dan 75,00% air (Siregar, 2011).
Kandungan
gizi ketela ungu dalam 100 gram berat bahan adalah Pati (%) 22, 64, Gula
reduksi (%) 0,30 Lemak (%) 0,94, Protein (%) 0,77, Air (%) 70,46, Abu
(%)0,84.Kandungan gizi ketela putih per 100 gr bdd yaitu energi 123 kkal,
protein 1,8 gr, lemak 0,7 gr, karbohidrat 27,9 gr, kalsium 30 mg, fosfor 49 mg,
besi 0,7 mg, vitamin A 7700 SI, vitamin C 22 mg, vitamin B1 0,90 mg (Winarti,
2010 dalam Rahayu, et al., 2012).
Penurunan
kadar FFA dapat dilakukan dengan cara esterifikasi dan transesterifikasi.
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alcohol. Asam sulfat, asam
sulfonat organic atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis
yang biasa terpilih dalam praktek industrial. Transesterifikasi (biasa disebut
alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi
alkil ester melalui reaksi dengan alcohol dan menghasilkan produk samping yaitu
gliserol. Prinsip reaksi esterifikasi asam lemak bebas atau reaksi
transesterifikasi trigliserida dengan alcohol dengan bantuan katalis dan dari
reaksi ini akan menghasilkan metil ester atau etil ester asam lemak dan
gliserol (Fajar, 2015).
BAB III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
a. Alat
yang digunakan dalam praktikum lemak kali ini adalah :
· Erlenmeyer
· Sokhlet
· Pipet
ml
· Desikator
· Timbangan
· Kertas
saring
· Oven
b. Bahan
yang digunakan dalam praktikum lemak kali ini adalah :
· Kacang
kedelai
· Kacang
merah
· Ikan
nila
· Ikan
kembung
· Ketela
ungu
· Ketela
putih
· Petroleum
benzene
B. Prosedur Kerja
a. Penentuan
kadar lemak metode tunggal
Erlenmeyer
di oven selama 1 jam, dismasukkan kedalam desikator 15 menit, lalu
ditimbang
|
Timbang
2 g sampel, dibungkus dengan kertas saring, dioven selama 2 jam, kemudian
didesikator 15 menit.
|
Dimasukkan
kedalam tabung sokhlet
|
Dituang
25 ml petroleum benzene sampai terendam
|
Diekstraksi
selama 4 jam dan hasil ekstraksi kemudian diuapkan selama 1 jam
|
Kemudian
dikeringkan dalam oven, masukan dalam desikator
|
Timbang
berat Erlenmeyer setelah diekstraksi dan dihitung kadar lemaknya.
|
b. Penentuan
kadar lemak metode komersial
Timbang
2 g sampel, dibungkus dengan kertas saring, dioven selama 2 jam, kemudian
didesikator 15 menit.
|
Dimasukkan
kedalam tabung sokhlet
|
Dituang
25 ml petroleum benzene sampai terendam
|
Diekstraksi
selama 4 jam dan hasil ekstraksi kemudian diuapkan selama 1 jam
|
Kemudian
dikeringkan dalam oven, masukan dalam desikator
|
Timbang
berat Erlenmeyer setelah diekstraksi dan dihitung kadar lemaknya.
|
c.
Asam
lemak bebas dinyatakan sebagai % FFA atau sebagai angka asam.
|
Persen
asam lemak bebas dinyatakan dalam asam lemak dominan masing-masing bahan
|
Titrasi
dengan larutan 0,01 N NaOH yang telah di standardisasi sampai warna merah
jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik
|
Ditambahkan
50 ml alkohol netral yang panas dan 2 ml indicator phenolphthalein (PP)
|
Ditimbang
sebanyak 28,2 sampai 28,4 contoh dalam Erlenmeyer
|
Bahan
diaduk merata dan dalam keadaan cair pada waktu diambil contohnya
|
BAB
IV . HASIL
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1. Penentuan
Kadar Lemak
No
|
Bahan
|
Berat
Awal (gram)
|
Berat
Akhir (gram)
|
%
Lemak
|
1.
|
Kacang
kedelai
|
2,009
|
2,1447
|
-13,57%
|
2.
|
Kacang
merah
|
2,0679
|
1,7146
|
35,33%
|
3.
|
Ikan
nila
|
2,0342
|
0,035
|
3,5%
|
4.
|
Ikan
kembung
|
2,1173
|
1,3217
|
79,56%
|
5.
|
Ketela
ungu
|
2,0376
|
1,4998
|
53,78%
|
6.
|
Ketela
putih
|
2,1907
|
1,6205
|
57,02%
|
Perhitungan :
·
Kacang
kedelai : (2,009 – 2,1447) x
100% = -13,57%
·
Kacang
merah : (2,0679 – 1,7146) x
100% = 35,33%
·
Ikan
nila : (0,035) x
100% = 3,5%
·
Ikan
kembung : (2,1173 – 1,3217)
x 100% = 79,56%
·
Ketela
ungu : (2,0376 – 1,4998)
x 100% = 53,78%
·
Ketela
putih : (2,1907 –
1,6205) x 100% = 57,02
2.
Penentuan
Kadar FFA
No
|
Bahan
|
Berat
awal (g)
|
ml
NaOH
|
Asam
lemak
|
%
FFA
|
BM
asam lemak
|
1
|
Kacang
kedelai
|
28,022
|
24,3
|
As.
lemak linoleat
|
0,243
|
280,745
|
2
|
Kacang
merah
|
28,0240
|
25,3
|
As.
lemak linoleat
|
0,253
|
280,4472
|
3
|
Ikan
nila
|
28,
1562
|
17,4
|
As.
lemak linoleat
|
0,17
|
280,4472
|
4
|
Ikan
kembung
|
28,2209
|
24,3
|
As.
lemak linoleat
|
0,24
|
280,4472
|
5
|
Ketela
ungu
|
28,005
|
20
|
As.
lemak linoleat
|
0,2
|
280,44
|
6
|
Ketela
putih
|
28,080
|
21,6
|
As.
lemak linoleat
|
0,26
|
280,44
|
Pertihungan
:
% FFA =
1. Kacang
kedelai
% FFA =
=
=
0,243 %
2. Kacang
merah
% FFA =
=
= 0,253 %
3. Ketela
ungu
% FFA =
=
=
0,2 %
4. Ketela
putih
% FFA =
=
=
0,26 %
5. Ikan
nila
% FFA =
=
=
0,17%
6. Ikan
kembung
% FFA =
=
=
0,24 %
A.
Pembahasan
Praktikum
Analisis Pangan acara Lemak ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pertanian,
Universitas Jenderal Soedirman. Praktikum ini bertujuan utuk mengetahui
dan memahami cara analisis lemak dengan Metode Sokhlet dan cara analisis
kandungan Asam Lemak Bebas. Analisis kadar lemak pada praktikum
kali ini menggunakan metode soxhlet dan komersial. Bahan yang dianalisis antara
lain ketala ungu, ketela putih, ikan nila, ikan kembung, kacang kedelai, dan
kacang merah.
Langkah
pertama yang dilakukan adalah mengoven elenmeyer. Kemudian dimasukkan desikator
selama 15 menit lalu ditimbang. Langkah selanjutnya adalah menimbang bahan 2
gram dan dihaluskan. Proses penghalusan bahan akan menyebabkan proses ekstraksi
menjadi semakin mudah dan dapat berlangsung optimal. Setelah itu bahan
dibungkus kertas saring kemudian dioven selama 2 jam lalu dimasukkan ke dalam
desikator selama 15 menit. Kemudian bahan dimasukkan dalam tabung soxhlet dan
dituang 25 ml pelarut petroleum benzene, yang berfungsi untuk mengekstraksi
(melarutkan) lemak pada bahan karena lemak hanya dapat larut pada pelarut organik
non polar. Setelah itu dilakukan proses ekstraksi lemak selama 4 jam. Pelarut
yang memiliki titik didih lebih rendah akan diuapkan dan dikondensasi saat
melewati kondensor lalu pelarut akan jatuh membasahi bahan dan lemak bahan akan
terekstraksi. Kemudian lemak dioven dan dimasukkan ke desikator lalu ditimbang
beratnya.
Berdasarkan
hasil perhitungan, setiap bahan memiliki kadar lemak yang berbeda-beda. Kacang kedelai -13,57%, kacang merah 35,33%,
ikan nila 3,5%, ikan kembung 79,56%, ketela ungu 53,78%, dan ketela putih
57,02%. Bila diurutkan dari tinggi ke rendah yaitu ikan kembung > ketela putih > ketela ungu > kacang
merah > ikan nila > kacang kedelai. Hasil kadar lemak kacang kedelai
menunjukan negative dikarenakan error.
Menurut
literatur, kandungan asam lemak kedelai sebagian besar adalah
asam lemak tidak jenuh dengan kadar asam linolenat 5 – 10%, asam linoleat 43
-56%,asam oleat 15 – 33 % dan asam lemak jenuh 26% (Estiasih, 2005 dalam
Sawitri, 2011). Hasil analisis kadar lemak pada praktikum ini berbeda dengan
literature, dalam literature (Winarni, 2015) disebutkan kandungan lemak kacang
merah sebesar 1,1 g per 100 g bahan, artinya kandungan lemak hanya sekitar 1%,
sedangkan dalam praktikum ini lebih dari 35%. Pada nila kandungan lemak tidak
lebih besar dari 0,10-0,18 gram dalam 100 g bahan (Ramlah, et al, 2018) , namun dalam praktikum ini kandungan lemak sangat
tinggi sekitar 3,5%. Kandungan lemak yang tinggi pada ikan nila disebabkan oleh
faktor fisiologi dalam tubuh ikan dan faktor lingkungan seperti jumlah
ketersedian makanan di diperairan. Pada ikan kembug kandungan lemak sangat
tinggi sekitr 10,13%. Kadar lemak yang tinggi inilah yang menyebabkan daging
ikan kembung berwarna merah (Santoso et
al, 2011).
Pada
analisis kadar asam lemak bebas/ free
fatty acid (FFA) langkah pertama
yang dilakukan adalah bahan diambil dalam keadaan cair. Kemudian ditimbang 28,2
sampai 28,4 dan dimasukkan dalam erlenmeyer. Langkah selanjutnya adalah
ditambah 50 ml alkohol netral dalam kondisi panas dan 2 ml indikator PP. Dalam
kondisi yang panas, alkohol akan lebih baik dan lebih cepat melarutkan sampel
yang juga non polar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh
benar-benar tepat. Setelah itu dititrasi menggunakan larutan 0,001 N NaOH
sampai berubah warna menjadi merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik. Kemudian
dilakukan penghitungan asam lemak bebas (FFA). FFA dinyatakan dengan bilangan asam atau angka asam.
Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan 1
gram sampel (Suroso, 2013).
Menurut Nurhasnawati, dkk,
(2015), asam lemak dalam bahan pangan dengan kadar lebih dari 0,2% dari berat
lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat
meracuni tubuh. Selama penetuan kadar asam lemak bebas,
diperlukan adanya ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan
titik akhir titrasi yang dapat menyebabkan volume NaOH yang dipakai selama
titrasi (titik akhir titrasi) yang sebenarnya terlewat. Berdasarkan
hasil perhitungan, diketahui bahwa kadar asam lemak bebas bahan-bahan tersebut
menghasilkan presentase yang berbeda, kacang kedelai 0,243%, kacang merah
0,253%, ketela ungu 0,2%, ketela putih 0,26%, ikan nila 0,17%, dan ikan kembung
0,24% dengan hasil yang terbesar adalah asam lemak bebas ketela putih yaitu 0,26% dan presentase asam lemak bebas
terendah adalah asam lemak bebas ikan nila yaitu 0,17%.
Asam
lemak bebas (ALB) atau free fatty acid
(FFA) adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa lemak (Sopianti et al, 2017). Menurut
Fajar (2015), penurunan kadar FFA dapat dilakukan dengan cara esterifikasi dan
transesterifikasi. Prinsip reaksi esterifikasi asam lemak bebas atau reaksi
transesterifikasi trigliserida dengan alcohol dengan bantuan katalis dan dari
reaksi ini akan menghasilkan metil ester atau etil ester asam lemak dan
gliserol. Dalam bahan pangan, asam
lemak bebas diharapkan dalam kondisi yang sedikit, hal ini dikarenakan semakin
tinggi kadar asam lemak bebas maka kualitas minyak/lamak pada bahan tersebut
cenderung tidak baik (Bariyah, et al., 2017).
Pada praktikum ini didapati bahwa kacang kedelai, kacang merah, ketela putih
dan ketela ungu memilki angka FFA yang cukup tinggi diatas 0,2%, sehingga
kemungkinan bahan tersebut memiliki kualitas lemak yang tidak baik dan flavor
minyak yang tidak dikehendaki. Pada ikan lele dan kembung angka FFA dibawah
0,2%, Perbedaan kandungan
asam lemak tak jenuh ikan mempengaruhi kadar asam lemak bebas pada hasil
ekstraksi minyak ikan kasar. Terjadinya asam lemak bebas pada
minyak ikan kasar disebabkan oleh adanya pemanasan pada saat ektraksi. Rantai
karbon yang memiliki ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh akan bereaksi
dengan panas sehingga terbentuklah asam lemak bebas yang bisa mempengaruhi
kualitas minyak ikan (Aditia, et al., 2014).
BAB
IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat
diambil dari praktikum ini adalah:
1. Hasil analisis kadar lemak dari praktikum ini
yaitu kacang kedelai 13,57%, kacang merah 35,33%, ikan nila 3,5%, ikan kembung 79,56%,
ketela ungu 53,78%, dan ketela putih 57,02%. Bila diurutkan dari tinggi ke
rendah yaitu ikan kembung > ketela
putih > ketela ungu > kacang merah > ikan nila > kacang kedelai.
2. Berdasarkan
hasil perhitungan, diketahui bahwa kadar asam lemak bebas bahan-bahan tersebut
menghasilkan presentase yang berbeda, kacang kedelai 0,243%, kacang merah
0,253%, ketela ungu 0,2%, ketela putih 0,26%, ikan nila 0,17%, dan ikan kembung
0,24% dengan hasil yang terbesar adalah asam lemak bebas ketela putih yaitu 0,26% dan presentase asam lemak bebas
terendah adalah asam lemak bebas ikan nila yaitu 0,17%.
B.
Saran
Diharapkan praktikan lebih teliti
dalam menjalankan setiap bagian dari pengerjaan praktikum, sehingga tidak ada
kesalahan. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum sebaiknya divalidasi
terlebih dahulu agar data yang dihasilkan lebih akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Aditia ,Rifki Prayoga ., Y.S. Darmanto, Romadhon. 2014. Perbandingan
Mutu Minyak Ikan Kasar Yang Diekstrak Dari Berbagai Jenis Ikan Yang Berbeda. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan, Volume 3, Nomer 3, Halaman 55-60.
Barau, Fitri, dkk. 2015. Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia L.) Sebagai Pengadsorbsi Minyak Jealantah. J. Akad. Kim. 4(1): 8-16, February, ISSN
2302-6030. Palu: Universitas Tadulako.
Bariyah , Khoerul., Nuri Andarwulan, Purwiyatno Hariyadi. 2017.
Pengurangan Kadar Digliserida dan Asam Lemak Bebas dalam Minyak Sawit Kasar
Menggunakan Adsorben. AGRITECH, Vol.
37, No. 1, Februari 2017, Hal. 48-58.
Damanik, Desta
Donna Putri, dkk. 2014. Ekstraksi Katekin Dari Daun
Gambir (Uncaria gambir roxb) Dengan Metode Maserasi Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2
(Juni). Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Fajar, Berkah, dkk. 2015. Optimasi Transesterifikasi Biodiesel
Menggunakan Campuran Minyak Kelapa Sawit Dan Minyak Jarak Degan Teknik
Ultrasonik Pada Frekuensi 28 kHZ. Proceding
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV). Semarang:
Universitas Diponegoro.
Khairuman, dan K. Amri. 2013. Budi
Daya Ikan Nila. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Manonmani D, Bhol S, Bosco SJD. 2014. Effect of Red Kidney Bean Flour
on Bread Quality. Open Access Library
Journal. 2014; 1:1-6.
Nurhasnawati, Henny, dkk. 2015. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
Dan Bilangan Peroksida Pada Minyak Goreng Yang Digunakan Pedagang Gorengan Di
Jl. A. W. Sjahranie Samarinda. Jurnal Ilmiah Manuntung, I(1), 25-30.
Samarinda: Akademi Farmasi Samarinda.
Rahayu, Paramitha., Siti Fathonah, Meddiati Fajri. 2012. Daya Terima
Dan Kandungan Gizi Makanan Tambahan Berbahan Dasar Ubi Jalar Ungu. Food Science and Culinary Education Journal No.
1 Vol 1.ISSN 2252-6587.
Rais, Ainun Fitriah. 2017. Analisis Profil Protein Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Berbasis Sds-Page
Berdasarkan Variasi Lama Marinasi Dan Konsentrasi Asam Cuka. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang.
Ramlah., Eddy Soekendarsi, Zohrah Hasyim. 2018. Perbandingan Kandungan
Gizi Ikan Nila Oreochromis Niloticus Asal Danau Mawang Kabupaten Gowa Dan Danau
Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Jurnal
Biologi Unhas. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sahriawati dan Ahmad Daud. 2016. Optimasi
Proses Ekstraksi Minyak Ikan Metode Soxhletasi Dengan Variasi Jenis Pelarut Dan
Suhu Berbeda. Jurnal Galung Tropika, 5 (3) Desember, hlmn. 164 –
170, ISSN Online 2407-6279, ISSN
Cetak 2302-4178. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Pangkep.
Santoso, Joko. Fie Ling, Ratna Handayani. 2011.
Pengaruh Pengkomposisian Dan Penyimpanan Dingin Terhadap Perubahan
Karakteristik Surimi Ikan Pari (Trygon Sp.) dan Ikan Kembung (Rastrelliger Sp.). Jurnal Akuatika. Vol 2, No
2.
Sari,
Rizka Wulan. 2015. Perbandingan Komposisi Asam Lemak Antara Minyak Ikan Gurami
(Osphronemus goramy Lacépède) Dengan Minyak Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linnaeus)
Menggunakan Kromatografi Gasspektroskopi Massa. Srikpsi. Universitas Islam Bandung, Bandung.
Sawitri, M. E. 2011. Kajian Penggunaan Ekstrak Susu Kedelai Terhadap
Kualitas Kefir Susu Kambing. J. Ternak
Tropika. Vol. 12, No.1: 15-21.
Siregar,Resmi Rumenta. 2011. Pengolahan
Ikan Kembung. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Jakarta.
Sopianti, Densi Selpia., Herlina, Handi Tri Saputra. 2017. Penetapan
Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng.
Jurnal Katalisator. Vol 2 No. 2. E-ISSN : 2502-0943.
Suroso, Asri Sulistijowati. 2013. Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai
Ditinjau dari Bilangan Peroksida, Bilangan Asam dan Kadar Air. Jurnal Kefarmasian Indonesia Vol
3.2.2013: 77-88.
Tanuwijaya,
Laksmi Karunia. et al. 2016. Potensi
“KHiMeLor” sebagai Tepung Komposit Tinggi Energi Tinggi Protein Berbasis Pangan
Lokal. Indonesian Journal of Human
Nutrition. Vol.3 No.1 Suplemen : 71 – 79.
Winarni, Sri. 2015. Uji Protein Dan Organoleptik Es Krim Komposisi
Kacang Merah (Phaseolus vulgaris) Dan
Susu Skim Dengan Penambahan Mangga Kuweni (Mangifera
odorata). Skripsi. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Zullaikah,
Siti, dkk. 2015. Subcritical Water Extraction of Essential
Oils from Indonesia Basil (Kemangi) Leaf: Effects of Temperature and Extraction
Time on Yield and Product Composition. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693-4393,
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia,
Yogyakarta, 18 Maret. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar