MAKALAH BIOLOGI TINGKAT POPULASI
CARA BUDIDAYA IKAN MAS
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Secara ekonomis usaha budidaya ikan
sangat menguntungkan dan juga sangat mendukung bagi pemenuhan gizi masyarakat. Sejalan
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat ikan, maka tingkat
kebutuhan akan daging ikan semakin meningkat.
Ketersediaan sumber daya perairan yang luas dan
sumberdaya manusia yang melimpah merupakan modal dasar untuk meningkatkan dan
mengembangkan pembangunan perikanan di Indonesia. Salah satu upaya pengembangan
budidaya perikanan di Indonesia adalah mengembangkan usaha budidaya ikan air
tawar khususnya ikan mas.
Jenis ikan yang banyak dibudidayakan hampir diseluruh
propinsi di indonesia adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan mas (Cyprinus
carpio) merupakan spesies yang mudah dibudidayakan dan dapat berkembang
dengan baik. Daya adaptasi yang tinggi menyebabkan ikan mas dapat hidup dalam
dataran rendah sampai dataran tinggi. Di samping itu preferensi masyarakat
terhadap ikan mas cukup tinggi. Produksi ikan mas semakin meningkat sejalan
dengan peningakatan permintaan untuk memenuhi konsumen dalam negeri.
Disamping itu Ikan mas (Cyprinus carpio ) juga
merupakan jenis ikan air tawar yang hidup di perairan yang mengalir tenang
dengan suhu sejuk. Keunggulan ikan mas bagi para petani antara lain, mudah
dipelihara karena pemakan apa saja dan dapat hidup di air yang tergenang.
Selain itu, harga ikan mas tidak terlalu mahal, artinya dapat terjangkau oleh
semua golongan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila ikan mas termasuk
salah satu komoditas unggulan di sektor perikanan air tawar.
Ikan mas (Cyprinus carpio) banyak dikonsumsi karena
rasanya yang enak, gurih dan mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981), ikan
mas mengandung protein 4,5 gram, karbohidrat 23,1 gram, dan lemak 0,2 gram.
Selain itu mengandung kalori, fosfor (P) 134 mg, kalsium (Ca) 42 mg, zat besi (Fe) 1 mg, Vitamin B1 0,22 mg
dan air sebanyak 71 mg. Tidak mengherankan bila minat masyarakat untuk
mengosumsi ikan mas semakin meningkat seiring dengan peningkatan taraf hidup
masyarakat.
Ikan mas juga merupakan salah satu komoditas perikanan air
tawar yang tergolong memiliki nilai ekonomis penting. Ikan konsumsi ini
termasuk salah satu komoditas sektor perikanan air tawar yang terus berkembang
pesat dari waktu ke waktu.
Mulai tahun 1990-an, budidaya ikan mas telah mengarah kepada
konsep agribisnis yang dibagi menjadi beberapa subsistem. Subsistem pada
budidaya ikan mas tersebut terdiri dari subsistem pembenihan, subsistem
pendederan, dan subsistem pembesaran. Setiap subsistem tersebut tidak dapat
terpisahkan satu sama lain, bahkan saling terkait erat. Teknologi yang
diterapkan pada sub usaha pembesaran sebagian besar sudah mengarah kepada pola
intensifikasi walaupun masih perlu beberapa perbaikan. Sementara itu, pada sub
usaha pembenihan dan pendederan, intensifikasi masih perlu ditingkatkan lagi,
terutama untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pada kegiatan
pembesaran.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dikembangkan
pengetahuan tentang teknik pembenihan ikan mas agar menghasilkan benih yang unggul dan berkualitas serta
berkelanjutan.
I.2 Maksud dan Tujuan
- Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Pelajaran Biologi.
- Pembaca diharapkan dapat mengaplikasi teori yang di dapat dalam makalah ini.
- Sebagai sarana peningkatan wawasan dan juga ilmu bagi penulis sendiri khusunya tentang budi daya ikan mas.
- Pembaca dapat mengetahui tentang teknik pembenihan ikan mas agar menghasilkan benih yang yang unggul dan berkualitas serta berkelanjutan.
I.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang,
maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu bagaimana cara menghasilkan benih yang unggul dan berkualitas.
I.4 Metode
Penelitian
Dalam hal ini penulis menggunakan
metode:
1.
Diskusi kelompok.
2.
Mencari info di internet.
BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL
II.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas
Secara
morfologi bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed).
Mulut berada di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktif).
Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat
gigi kerongkongan (pharyngeal teeth)
yang tersusun dari tiga baris gigi geraham. Secara umum, hampir seluruh tubuh
ikan mas ditutupi oleh sisik, kecuali beberapa varietas yang memiliki sedikit
sisik. Sisik ikan mas yang berukuran relatif besar digolongkan ke dalam sisik
tipe lingkaran (sikloid) dan terletak beraturan (Rochdianto, 2005).
Menurut Sutisna dan Sutarmono (1995), klasifikasi
ikan mas adalah sebagai berikut:

Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Sub kelas
: Teleostei
Ordo
: Ostariophisi
Sub ordo
: Cyprinidea
Family
: Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Spesies
: Cyprinus carpio
Menurut Khairuman et.al (2005),
tubuh ikan mas dilengkapi juga dengan sirip. Sirip punggung (dorsal) memanjang
dan bagian belakangnya berjari keras. Sementara itu, ketiga dan keempatnya
bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut
(ventral). Sirip dubur (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni
berjari keras dan bergerigi. Garis rusuk atau gurat sisi (linea literalis) pada
ikan mas berada di pertengahan tubuh mulai dari belakang tutup insang sampai ke
ujung belakang pangkal ekor.
II.2. Habitat
dan Penyebaran
Di alam asli,
ikan mas dapat ditemui di pinggiran sungai, danau, atau perairan tawar lainnya
yang keadaan air tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras.
Meskipun ikan mas termasuk ikan air tawar, namun tidak jarang ikan ini ditemui
hidup di daerah muara sungai yang berair payau (Djarijah, 2001).
Khairuman et.al
(2005), menyatakan ikan mas dapat hidup di tempat (habitat) perairan air tawar
yang tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, misalnya di
pinggiran sungai atau danau. Ikan ini dapat hidup baik di ketinggian 150-1000
meter di atas permukaan laut (dpl) dan pada suhu 25–300C.
Ikan mas yang
dibudidayakan di areal perkolaman dapat dikawinkan sepanjang tahun (tidak
mengenal musim). Tetapi di alam aslinya misal: sungai, danau ataupun genangan
air lainnya, ikan mas memijah pada awal atau sepanjang musim penghujan.
Biasanya memijah pada perairan dangkal, setelah mengalami kekeringan musim
kemarau, dan menempelkan seluruh telurnya pada tanaman atau rerumputan di tepi
perairan. Atas dasar inilah orang kemudian beranggapan bahwa ikan mas yang akan
memijah harus didahului dengan tindakan memanipulasi lingkungan yang meliputi
pengeringan kolam dan pengisian air baru. Sebagai bahan penempel telurnya
digunakan kakaban, yaitu ijuk yang dijepitkan di dua bilah bambu.
II.3. Perkembangbiakan
Djarijah
(2001), menyatakan di wilayah beriklim tropis, ikan mas mencapai tingkat
kedewasaan yaitu sekitar umur 1–2 tahun dengan kisaran berat antara 1,5 - 2
kg/ekor untuk betina. Sedangkan ikan mas jantan mencapai matang kelamin relatif
lebih mudah dari pada betina yaitu 8 bulan dengan berat badan 0,5 – 0,7
kg/ekor. Proses matang kelamin ikan mas berlangsung relatif lama dan
pelan-pelan. Perkembangan gametnya sangat dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan. Perkembangan telur dan sperma induk ikan mas yang hidup di daerah
tropis relatif lebih cepat dibandingkan dengan kawasan subtropis.
Siklus
reproduksi ikan mas dimulai di dalam gonad, yaitu ovari pada ikan betina dan
testis pada ikan jantan. Dari ovari akan dihasilkan telur dan dari testis akan
dihasilkan spermatozoa. Pemijahan pada ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun
dan tidak tergantung pada musim. Secara alami pemijahan terjadi pada tengah
malam sampai akhir fajar. Menjelang ikan mas memijah induk-induk ikan mas
bersifat lebih agresif. Di alam telah menjadi kebiasaan, sebelum memijah ikan
akan mencari tempat rimbun dengan tanaman air atau rumput-rumput yang menutupi
permukaan air. Substrat-substrat tersebut dapat merangsang pemijahan dan
digunakan untuk meletakan telur-telurnya. Sifat telur ikan mas adalah melekat
pada substrat. Telur- telur ikan mas berbentuk bulat, bening, dan ukurannya
bervariasi menurut umur dan bobot induk. Diameter telur ikan mas tersebut
antara 1,5 - 1,8 mm dengan bobot antara 0,17 - 0,20 mg (Kilawati, 2004).
II.4. Pedoman Budi Daya
II.4.1. Persyaratan Lokasi
1.
Tanah yang baik untuk kolam
pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air
yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding
kolam.
2.
Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan
kolam secara gravitasi.
3.
Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m
dpl.
4.
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan
kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5.
Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem
pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan
dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di
kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
6.
Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7.
Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
II.4.2. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan
bebas banjir. Kolam dibangun
di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
a.
Kolam
Pemeliharaan
Induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas
pengelolaannya. Sebagai
contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak.
Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk
100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter
persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi
anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan
air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya,
sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
b.
Kolam
Pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak
tembok. Ukuran/luas
kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan
bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg
memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18
buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat
dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan
pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon
(kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan
seringkali juga untuk penetasan menggunakan
kolam pemijahan. Pada kolam penetasan
diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
c.
Kolam
Pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat.
Untuk kegiatan pendederan
ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2
per petak.
Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/
pembuangan dengan
pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan.
Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya
benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan
penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan
tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak
pengendapan dan bak penyaringan.
2.
Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan
ikan mas diantaranya
adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser,
ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan
skala kecil (gram) dan besar (kg) cangkul, arit, pisau serta piring secchi
(secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk
memanen/menangkap ikan mas
antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5
cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung,
keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut
ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk
penetasan telur secara terkontrol) atau
kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan
dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas),
anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari
jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet
(untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar),
jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap
induk ikan atau ikan konsumsi).
3.
Persiapan
Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan
penyiapan media untuk pemeliharaan
ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dll.
Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu
dilakukan adalah pengeringan
kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200
gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa
pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan
dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis
15 gram dan 10 gram/meter persegi.
II.4.3. Pembibitan
1.
Pemilihan
Bibit dan Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu secara
tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi
pembenihan maka telah dilaksanakan penggunaan
induk-induk yang berkualitas baik.
Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak
bergantung pada kondisi alam
namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat
pembuahan telur dengan teknik pembunuhan
buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan
pemurnian kualitas induk ikan. Untuk
peningkatan produksi benih perlu dilakukan penyeleksian
terhadap induk ikan mas.
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul
yang sudah matang untuk
dipijah adalah sebagai berikut:
a.
Betina:
umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5
kg/ekor.
b.
Bentuk
tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
c.
Tutup
insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih; panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan;
lensa mata tampak jernih.
d.
Sisik
tersusun rapih, cerah tidak kusam.
e. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal
ekor harus lebih panjang
dibandingkan lebar/tebal ekor.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan
induk betina adalah sebagai
berikut:
a.
Betina
·
Badan
bagian perut besar, buncit dan lembek.
·
Gerakan
lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
·
Jika
perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
b.
Jantan
·
Badan
tampak langsing.
·
Gerakan
lincah dan gesit.
·
Jika
perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2.
Sistim
Pembenihan/Pemijahan
Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada
budidaya ikan mas, yaitu:
a. Sistim pemijahan tradisional
Dikenal
beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:
·
Cara
sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu
diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada
sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur; (3) setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam
penetasan.
·
Cara
cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu
diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada
sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
(2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang
antara dari tanah; (3) setelah proses
pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam
lain; (4) tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih
ikan.
·
Cara
rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu
diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada
sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan,
batas pematang antara terbuat dari batu; (2)
disediakan rumput
kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara
dari tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk tetap
di kolam pemijahan.; (4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat
melalui sela bebatuan,
setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
·
Cara
sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi
air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore
hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
(2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai induk
dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah benih
berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
·
Cara
dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam
dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan
kolam penetasan; (2) sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi
40 cm; (3) setelah proses pemijahan selesai
induk dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah
benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
·
Cara
hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan tanaman Cynodon dactylon dipasang di
depan pintu pemasukan air.
b. Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang
matang bertelur dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar
hyphofise ke
dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor (berada
dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam
induk akan terangsang melakukan pemijahan.
Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana yang
lengkap dan perawatan yang intensif.
c. Pembenihan/Pemijahan
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan
ikan mas:
1)
Dasar
kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
2)
Air
tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan suhu berkisar 25 derajat C.
3)
Diperlukan
bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
4)
Jumlah
induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas
5 meter persegi.
5)
Pemberian
makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan
sore hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah
berat induk ikan.
d. Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan
setelah telur-telur hasil
pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak
ikan dimana kolam tersebut dikeringkan
terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula
dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan
dengan ketentuan.
Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap,
yaitu:
1)
Tahap
I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi;
lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih
menjadi 2-3 cm.
2)
Tahap
II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan
1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
3)
Tahap
III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama
pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8
cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5%
dari jumlah bobot benih.
4)
Tahap
IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar = 3-5
ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa
dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
e. Perlakuan dan Perawatan Bibit
Apabila benih belum
mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih
yang diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.
II.4.4. Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan
pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
a)
Polikultur
1) ikan
mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
2) ikan
mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
b)
Monokultur
Pemeliharaan sistem
ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan
pemisahan antara induk jantan dan betina.
1.
Pemupukan
Pemupukan dengan
kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2, TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100
gram/m2. Setelah itu kolam diisi air 39-40 cm.
Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam disemprot dengan insektisida organophosphat seperti
Sumithion 60 EC, Basudin 60 EC dengan dosis
2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas serangga
dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran
ikan tergantung pemeliharaannya. Jika hanya
mengandalkan pakan alami dan dedak, maka padat
penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi pakan pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas
hapa). Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari
saat suhu rendah.
2.
Pemberian
Pakan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan
pemberian pakan buatan.
Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari.
Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari
kemudian) kakaban diangkat
dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat
suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir), kuning
telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada benih, perawatan 5-7 hari.
3.
Pemeliharaan
Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh
terabaikan adalah menjaga
kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak tercemari/teracuni oleh zat beracun.
II.4.5. Hama dan
Penyakit
II.4.5.1. Hama
1)
Bebeasan
(Notonecta), berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian:
menuangkan minyak
tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
2)
Ucrit
(Larva cybister), menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian:
sulit diberantas; hindari
bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
3)
Kodok, makan
telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
4)
Ular,
menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian:
lakukan penangkapan; pemagaran
kolam.
5)
Lingsang, memakan
ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
6)
Burung, memakan
benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam;
diberi rumbai-rumbai atau tali
penghalang.
7)
Ikan
gabus, memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan
air diberi saringan atau dibuat bak filter.
II.4.5.2.
Penyakit
1) Bintik merah (White spot)
Gejala: pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) tampak
bintik-bintik putih, pada
infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkan badannya pada benda yang ada disekitarnya dan berenang
sangat lemah serta sering muncul di permukaan
air. Pengendalian: direndam dalam larutan
Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan ini diambil 2-4 cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam
garam dapur NaCl selama 10 menit, dosis 1-3
gram/100 cc air.
2) Bengkak insang dan badan ( Myxosporesis)
Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan,
bagian punggung terjadi
pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara total, ditabur
kapur tohon 200 gram/m2, biarkan selama 1-2 minggu.
3) Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan
girodactylogyrus)
Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor
kadang-kadang rontok, ikan menggosok-gosokkan
badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi pendarahan
dan menebal pada insang. Pengendalian: (1) direndan dalam larutan formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam
dalam Methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam;
(2) hindari penebaran ikan yang berlebihan.
4) Kutu ikan (argulosis)
Gejala: benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap
darahnya. Bagian kulit,
sirip dan insang terlihat jelas adanya bercak merah (hemorrtage). Pengendalian: (1) ikan yang terinfeksi direndan dalam garam dapur
20 gram/liter air selama 15
menit dan direndam larutan PK 10 ppm (10 ml/m3) selama
30 menit; (2) dengan pengeringan kolam hingga retak-retak.
5) Jamur (Saprolegniasis)
Menyerang bagian
kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang lainnya. Gejala: tubuh yang diserang tampak seperti kapas. Telur yang
terserang jamur,
terlihat benang halus seperti kapas. Pengendalian: direndam dalam
larutan Malactile green oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3
selama 30 menit; telur yang terserang direndam
dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.
6) Gatal (Trichodiniasis)
Menyerang benih ikan.
Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan badan pada sisi kolam/aquarium. Pengendalian:
rendam selam 15 menit dalam larutan formalin
150-200 ppm.
7) Bakteri Psedomonas flurescens
Penyakit yang sangat
ganas. Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip ekor terkikis. Pengendalian: pemberian
pakan yang dicampur oxytetracycline 25-30
mg/kg ikan atau sulafamerazine 200mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat
mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan mas:
1) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap
selesai panen.
2) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
3) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi
kapasitas.
4) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel,
tiap kolam diberi satu pintu
pemasukan air.
5) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun
kuantitasnya.
6) Penanganan saat panen atau pemindahan benih
hendaknya dilakukan secara
hati-hati dan benar.
7) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu
(lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal
perkolaman.
II.4.6. Panen
II.4.6.1. Pemanenan Benih
Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih
dahulu dipersiapkan alatalat tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap
dan sarana yang disiapkan diantaranya keramba,
ember biasa, ember lebar, seser halus sebagai
alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air
dari kolam agar benih ikan tidak terbawa arus,
dan bak-bak penampungan yang berisi air bersih untuk
penyimpanan benih hasil panen.
Panen benih ikan
dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00
pagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan kesehatan tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan
air kolam pendederan sekitar pkul 04.00 atau
05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan tidak
stres akibat tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut
benih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring
dan ditampung dalam ember atau keramba.
Benih dapat dipanen
setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran
benih antara 8-12 cm.
II.4.6.2. Cara Perhitungan Benih
Untuk mengetahui
benih ikan hasil panenan yang disimpan dalam bak penyimpanan maka sebelum dijual, terlebih dahulu
dihitung jumlahnya. Cara menghitung benih
umumnya dengan memakai takaran, yaitu dengan menggunakan
sendok untuk larva dan kebul, cawan untuk menghitung putihan, dan dihitung per ekor untuk benih ukuran glondongan.
Penghitungan benih biasanya dengan cara:
a) Penghitungan dengan sendok.
b) Penghitungan dengan mangkok.
II.4.6.3. Pembersihan
Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang
miring dan ada saluran
di tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian yang lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi sehingga ketika
air menyurut, maka benih ikan akan mengumpul
di bagian kolam yang dalam tersebut. Benih ikan
lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam kolam.
Benih ikan tersebut
semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yang telah disiapkan.
II.4.6.4. Pemanenan Hasil Pembesaran
Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya
dilakukan panen total.
Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan
dengan cara mengeringkan kolam, hingga
ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak pemanenan/petak
penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan
ikan.
Pemanenan dilakukan
pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan
pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk
menghindari lukanya ikan.
II.4.7.
Pasca Panen
Penanganan pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan
cara penanganan ikan
hidup maupun ikan segar.
1) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan
konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar
ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan
hidup, segar dan sehat antara lain:
a) Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah
sekitar 20 derajat
b) Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore
hari.
c) Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak
terlalu padat.
2) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas
merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan
kesegaran antara lain:
a) Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan
tidak luka.
b) Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan
lendir.
c) Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk
pengangkutan jarak dekat
(2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh
digunakan kotak dan seng atau fiberglass.
Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak
maksimum 50 cm.
d) Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan
suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai)
dengan perbandingan jumlah
es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu
disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara
ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga
antara ikan dengan penutup kotak.
3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pananganan benih adalah sebagai
berikut:
a) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari
penyakit, parasit dan tidak
cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b) Air
yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai
contoh dapat digunakan air sumur yang telah
diaerasi semalam.
c) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu
selama beberapa hari. Gunakan
tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan
ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan
ukuran tersebut, bak pemberokan dapat
menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus
disesuaikan dengan ukuran benihnya.
d) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan
benih terbagi menjadi
dua bagian, yaitu:
· Sistem terbuka
Dilakukan untuk
mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut
berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan
dapat untuk mengangkut
sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
· Sistem tertutup
Dilakukan untuk
pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong
plastik. Volume media pengangkutan terdiri
dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.H2O
sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam
kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara
dengan menekan kantong plastik ke permukaan
air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan
ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5)
kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan
posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan
tinggi 0,50 m dapat
diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
1) Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1
kapsul tertasiklin dalam
10 liter air bersih).
2) Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang
berasal dari kolam setempat
sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
3) Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan
tetrasiklin selama 1- 2
menit.
4) Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak
pemberokan benih
ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut.
Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat
lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin
sebanyak 4% selama 3-5 menit.
5) Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di
kolam budidaya.
II.5. Analisis
Ekonomi Budi Daya
II.5.1. Analisis
Usaha Budi Daya
Analisis budidaya
ikan mas koki dengan luas lahan 70 m2 (kapasitas 1000 ekor) selama 7 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa
Barat.
1) Biaya produksi
a) Sewa
dan pembuatan kolam Rp. 1.500.000,-
b) Benih
ikan 1.000 ekor, @ Rp.100,- Rp. 100.000,-
c) Pakan
· Cacing rambut 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 225.000,-
· Pelet udang 10 kg @ Rp. 9.500,- Rp. 95.000,-
· Tepung jagung 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,-
· Ganti air 7 bulan x 4 x2 @ Rp. 5.000,- Rp. 140.000,-
· Tenaga kerja 28 minggu @ Rp.10.000,- Rp. 280.000,-
· Obat-oabatan Rp. 10.000,-
d) Peralatan
Rp. 50.000,-
e) Lain-lain
Rp. 150.000,-
Jumlah biaya produksi
Rp. 2.625.000,-
2) Pendapatan
a) Panen
I (2 bulan) 400 ekor @ Rp.1.000,- Rp. 400.000,-
b) Panen
II (4 bulan) 250 ekor @ Rp. 3.000,- Rp. 750.000,-
c) Panen
III ( 2 bulan) 250 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 2.500.000,-
Jumlah pendapatan Rp.
3.650.000,-
3) Keuntungan dalam 7 bulan Rp. 1.025.000,-
a) Keuntungan
per bulan Rp. 146.425,-
4) Parameter kelayakan usaha B/C ratio 1,39
II.5.2. Gambaran
Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang
terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha
merupakan potensi alam yang sangat baik bagi
pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Disamping
itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program
penelitian dalam hal pembenihan, penanganan
penyakit dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan
budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
Walaupun permintaan
di tingkal pasaran lokal akan ikan mas dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun
dilihat dari jumlah hasil penjualan secara
rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Apabila pasaran lokal
ikan mas mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat
petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan.
Selain itu penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi
pendukung dan faktor permintaan komoditi
perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan
merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
BAB III
PENUTUP
III.1. Simpulan
Ikan
mas merupakan jenis ikan konsumsi air
tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak.
Budidaya
ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara
dalam keramba di perairan umum.
Keberadaan Ikan
Mas menjadikan Indonesia memiliki sumber daya lestari terpendam yang khas dan
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan dan
taraf hidup masyarakat.
Ikan Mas
meruapakan salah satu komoditi perikanan yang pasaran ekspornya cukup
menonjol, sehingga selama sekitar 10 tahun terakhir telah berkembang cukup
pesat. Karena besarnya permintaan pasaran internasional, menyebabkan munculnya
inisiatif masyarakat untuk mengembangkan usaha ikan Mas dengan cara budidaya.
Secara teknis
budidaya ikan Mas dapat dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia, karena
didukung oleh sumber daya alam dan iklim yang sesuai dengan tuntutan hidup ikan
Mas. Tetapi untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, diperlukan
intensifikasi pemeliharaan dan technological engineering terutama dalam
penyediaan bibit yang dipijahkan secara teknologis.
III.2. Saran
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan dan penguraian isi makalah ini masih jauh dari
nilai kesempurnaan sebuah makalah, karena penulis
masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun atau memotivasi penulis
guna untuk penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis juga
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http://kumpulanmakalahilmiah.blogspot.com
http://luattah85.blogspot.com
http://www.carabudidayaternak.com
http://detvitriagembelelite.blogspot.com
http://kemonbaca.blogspot.com/2012/02/contoh-format-kerangka-makalah.htmlSEMOGA DAPAT MEMBANTU KAWAN SEMUA....