Selamat Datang di Blog selaluterinspirai.blogspot.com Terimakasih atas kunjungannya, Arigatou Gosaimasu!

Rabu, 18 Desember 2013

MAKALAH BUDI DAYA IKAN MAS











 MAKALAH BIOLOGI TINGKAT POPULASI
CARA BUDIDAYA IKAN MAS


BAB I
PENDAHULUAN

I.1.       Latar Belakang
Secara ekonomis usaha budidaya ikan sangat menguntungkan dan juga sangat mendukung bagi pemenuhan gizi masyarakat. Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat ikan, maka tingkat kebutuhan akan daging ikan semakin meningkat.
Ketersediaan sumber daya perairan yang luas dan sumberdaya manusia yang melimpah merupakan modal dasar untuk meningkatkan dan mengembangkan pembangunan perikanan di Indonesia. Salah satu upaya pengembangan budidaya perikanan di Indonesia adalah mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar khususnya ikan mas.
Jenis ikan yang banyak dibudidayakan hampir diseluruh propinsi di indonesia adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan spesies yang mudah dibudidayakan dan dapat berkembang dengan baik. Daya adaptasi yang tinggi menyebabkan ikan mas dapat hidup dalam dataran rendah sampai dataran tinggi. Di samping itu preferensi masyarakat terhadap ikan mas cukup tinggi. Produksi ikan mas semakin meningkat sejalan dengan peningakatan permintaan untuk memenuhi konsumen dalam negeri.
Disamping itu Ikan mas (Cyprinus carpio ) juga merupakan jenis ikan air tawar yang hidup di perairan yang mengalir tenang dengan suhu sejuk. Keunggulan ikan mas bagi para petani antara lain, mudah dipelihara karena pemakan apa saja dan dapat hidup di air yang tergenang. Selain itu, harga ikan mas tidak terlalu mahal, artinya dapat terjangkau oleh semua golongan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila ikan mas termasuk salah satu komoditas unggulan di sektor perikanan air tawar.
Ikan mas (Cyprinus carpio) banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak, gurih dan mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981), ikan mas mengandung protein 4,5 gram, karbohidrat 23,1 gram, dan lemak 0,2 gram. Selain itu mengandung kalori, fosfor (P) 134 mg, kalsium (Ca) 42 mg, zat besi (Fe) 1 mg, Vitamin B1 0,22 mg dan air sebanyak 71 mg. Tidak mengherankan bila minat masyarakat untuk mengosumsi ikan mas semakin meningkat seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Ikan mas juga merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang tergolong memiliki nilai ekonomis penting. Ikan konsumsi ini termasuk salah satu komoditas sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Mulai tahun 1990-an, budidaya ikan mas telah mengarah kepada konsep agribisnis yang dibagi menjadi beberapa subsistem. Subsistem pada budidaya ikan mas tersebut terdiri dari subsistem pembenihan, subsistem pendederan, dan subsistem pembesaran. Setiap subsistem tersebut tidak dapat terpisahkan satu sama lain, bahkan saling terkait erat. Teknologi yang diterapkan pada sub usaha pembesaran sebagian besar sudah mengarah kepada pola intensifikasi walaupun masih perlu beberapa perbaikan. Sementara itu, pada sub usaha pembenihan dan pendederan, intensifikasi masih perlu ditingkatkan lagi, terutama untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pada kegiatan pembesaran.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dikembangkan pengetahuan tentang teknik pembenihan ikan mas agar menghasilkan benih yang unggul dan berkualitas serta berkelanjutan.

I.2        Maksud dan Tujuan
  1. Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Pelajaran Biologi.
  2. Pembaca diharapkan dapat mengaplikasi teori yang di dapat dalam makalah ini.
  3. Sebagai sarana peningkatan wawasan dan juga ilmu bagi penulis sendiri khusunya tentang budi daya ikan mas.
  4. Pembaca dapat mengetahui tentang teknik pembenihan ikan mas agar menghasilkan benih yang yang unggul dan berkualitas serta berkelanjutan.
I.3.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu bagaimana cara menghasilkan benih yang unggul dan berkualitas.
I.4        Metode Penelitian
                        Dalam hal ini penulis menggunakan metode:
1.      Diskusi kelompok.
2.      Mencari info di internet.













BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL
II.1.     Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas
Secara morfologi bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulut berada di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktif). Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun dari tiga baris gigi geraham. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik, kecuali beberapa varietas yang memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas yang berukuran relatif besar digolongkan ke dalam sisik tipe lingkaran (sikloid) dan terletak beraturan (Rochdianto, 2005).
Menurut Sutisna dan Sutarmono (1995), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kingdom    : Animalia
Filum          : Chordata
Kelas          : Pisces
Sub kelas    : Teleostei
Ordo           : Ostariophisi
Sub ordo    : Cyprinidea
Family        : Cyprinidae
Genus         : Cyprinus
Spesies       : Cyprinus carpio
Menurut Khairuman et.al (2005), tubuh ikan mas dilengkapi juga dengan sirip. Sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari keras. Sementara itu, ketiga dan keempatnya bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni berjari keras dan bergerigi. Garis rusuk atau gurat sisi (linea literalis) pada ikan mas berada di pertengahan tubuh mulai dari belakang tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.

II.2.     Habitat dan Penyebaran
Di alam asli, ikan mas dapat ditemui di pinggiran sungai, danau, atau perairan tawar lainnya yang keadaan air tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras. Meskipun ikan mas termasuk ikan air tawar, namun tidak jarang ikan ini ditemui hidup di daerah muara sungai yang berair payau (Djarijah, 2001).
Khairuman et.al (2005), menyatakan ikan mas dapat hidup di tempat (habitat) perairan air tawar yang tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, misalnya di pinggiran sungai atau danau. Ikan ini dapat hidup baik di ketinggian 150-1000 meter di atas permukaan laut (dpl) dan pada suhu 25–300C.
Ikan mas yang dibudidayakan di areal perkolaman dapat dikawinkan sepanjang tahun (tidak mengenal musim). Tetapi di alam aslinya misal: sungai, danau ataupun genangan air lainnya, ikan mas memijah pada awal atau sepanjang musim penghujan. Biasanya memijah pada perairan dangkal, setelah mengalami kekeringan musim kemarau, dan menempelkan seluruh telurnya pada tanaman atau rerumputan di tepi perairan. Atas dasar inilah orang kemudian beranggapan bahwa ikan mas yang akan memijah harus didahului dengan tindakan memanipulasi lingkungan yang meliputi pengeringan kolam dan pengisian air baru. Sebagai bahan penempel telurnya digunakan kakaban, yaitu ijuk yang dijepitkan di dua bilah bambu.

II.3.     Perkembangbiakan
Djarijah (2001), menyatakan di wilayah beriklim tropis, ikan mas mencapai tingkat kedewasaan yaitu sekitar umur 1–2 tahun dengan kisaran berat antara 1,5 - 2 kg/ekor untuk betina. Sedangkan ikan mas jantan mencapai matang kelamin relatif lebih mudah dari pada betina yaitu 8 bulan dengan berat badan 0,5 – 0,7 kg/ekor. Proses matang kelamin ikan mas berlangsung relatif lama dan pelan-pelan. Perkembangan gametnya sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Perkembangan telur dan sperma induk ikan mas yang hidup di daerah tropis relatif lebih cepat dibandingkan dengan kawasan subtropis.
Siklus reproduksi ikan mas dimulai di dalam gonad, yaitu ovari pada ikan betina dan testis pada ikan jantan. Dari ovari akan dihasilkan telur dan dari testis akan dihasilkan spermatozoa. Pemijahan pada ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Secara alami pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang ikan mas memijah induk-induk ikan mas bersifat lebih agresif. Di alam telah menjadi kebiasaan, sebelum memijah ikan akan mencari tempat rimbun dengan tanaman air atau rumput-rumput yang menutupi permukaan air. Substrat-substrat tersebut dapat merangsang pemijahan dan digunakan untuk meletakan telur-telurnya. Sifat telur ikan mas adalah melekat pada substrat. Telur- telur ikan mas berbentuk bulat, bening, dan ukurannya bervariasi menurut umur dan bobot induk. Diameter telur ikan mas tersebut antara 1,5 - 1,8 mm dengan bobot antara 0,17 - 0,20 mg (Kilawati, 2004).

II.4.     Pedoman Budi Daya
            II.4.1. Persyaratan Lokasi
1.      Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2.      Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3.      Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl.
4.      Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5.      Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
6.      Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7.      Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
II.4.2.  Penyiapan Sarana dan Peralatan
1.       Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
a.       Kolam Pemeliharaan Induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
b.      Kolam Pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.  Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
c.       Kolam Pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak.
Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
2.       Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg) cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3.       Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dll.
Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.

II.4.3.  Pembibitan
1.      Pemilihan Bibit dan Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik.
Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas.
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah sebagai berikut:
a.       Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
b.      Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
c.       Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih; panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak jernih.
d.      Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
e.       Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.

Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a.  Betina
·         Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
·         Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
·         Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
b.  Jantan
·         Badan tampak langsing.
·         Gerakan lincah dan gesit.
·         Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

2.      Sistim Pembenihan/Pemijahan
Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:

a.       Sistim pemijahan tradisional
Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:
·         Cara sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur; (3) setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam penetasan.
·         Cara cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
·         Cara rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu; (2) disediakan rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; (3)  setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.; (4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
·         Cara sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
·         Cara dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; (2) sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
·         Cara hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.
b.      Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
c.       Pembenihan/Pemijahan
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:
1)      Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
2)      Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan suhu berkisar 25 derajat C.
3)      Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
4)      Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.
5)      Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk ikan.
d.      Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.
Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1)      Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
2)      Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
3)      Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
4)      Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar = 3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
e.       Perlakuan dan Perawatan Bibit
Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.

II.4.4.  Pemeliharaan Pembesaran
      Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
a)  Polikultur
1)      ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
2)      ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
b)  Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.
1.           Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2, TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2. Setelah itu kolam diisi air 39-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC, Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantung pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami dan dedak, maka padat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi pakan pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa). Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.
2.          Pemberian Pakan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari.
Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada benih, perawatan 5-7 hari.
3.          Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak tercemari/teracuni oleh zat beracun.

II.4.5.  Hama dan Penyakit
II.4.5.1. Hama
1)      Bebeasan (Notonecta), berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
2)      Ucrit (Larva cybister), menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
3)      Kodok, makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
4)      Ular, menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
5)      Lingsang, memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
6)      Burung, memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
7)      Ikan gabus, memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan atau dibuat bak filter.
II.4.5.2. Penyakit
1)   Bintik merah (White spot)
Gejala: pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) tampak bintik-bintik putih, pada infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkan badannya pada benda yang ada disekitarnya dan berenang sangat lemah serta sering muncul di permukaan air. Pengendalian: direndam dalam larutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan ini diambil 2-4 cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam garam dapur NaCl selama 10 menit, dosis 1-3 gram/100 cc air.
2)   Bengkak insang dan badan ( Myxosporesis)
Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggung terjadi pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara total, ditabur kapur tohon 200 gram/m2, biarkan selama 1-2 minggu.
3) Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyrus)
Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi pendarahan dan menebal pada insang. Pengendalian: (1) direndan dalam larutan formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam Methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam; (2) hindari penebaran ikan yang berlebihan.
4) Kutu ikan (argulosis)
Gejala: benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnya. Bagian kulit, sirip dan insang terlihat jelas adanya bercak merah (hemorrtage). Pengendalian: (1) ikan yang terinfeksi direndan dalam garam dapur 20 gram/liter air selama 15 menit dan direndam larutan PK 10 ppm (10 ml/m3) selama 30 menit; (2) dengan pengeringan kolam hingga retak-retak.
5) Jamur (Saprolegniasis)
Menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang lainnya. Gejala: tubuh yang diserang tampak seperti kapas. Telur yang terserang jamur, terlihat benang halus seperti kapas. Pengendalian: direndam dalam larutan Malactile green oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3 selama 30 menit; telur yang terserang direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.
6) Gatal (Trichodiniasis)
Menyerang benih ikan. Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan badan pada sisi kolam/aquarium. Pengendalian: rendam selam 15 menit dalam larutan formalin 150-200 ppm.
7) Bakteri Psedomonas flurescens
Penyakit yang sangat ganas. Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip ekor terkikis. Pengendalian: pemberian pakan yang dicampur oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafamerazine 200mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan mas:
1) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
2) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
3) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
4) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
5) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
6) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
7) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

II.4.6.  Panen
II.4.6.1. Pemanenan Benih
          Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alatalat tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan sarana yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser halus sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam agar benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen.
Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan kesehatan tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air kolam pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut benih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring dan ditampung dalam ember atau keramba.
Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm.
II.4.6.2. Cara Perhitungan Benih
Untuk mengetahui benih ikan hasil panenan yang disimpan dalam bak penyimpanan maka sebelum dijual, terlebih dahulu dihitung jumlahnya. Cara menghitung benih umumnya dengan memakai takaran, yaitu dengan menggunakan sendok untuk larva dan kebul, cawan untuk menghitung putihan, dan dihitung per ekor untuk benih ukuran glondongan. Penghitungan benih biasanya dengan cara:
a) Penghitungan dengan sendok.
b) Penghitungan dengan mangkok.
II.4.6.3. Pembersihan
            Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang miring dan ada saluran di tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian yang lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi sehingga ketika air menyurut, maka benih ikan akan mengumpul di bagian kolam yang dalam tersebut. Benih ikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam kolam.
Benih ikan tersebut semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yang telah disiapkan.
II.4.6.4. Pemanenan Hasil Pembesaran
                 Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen total. Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
II.4.7. Pasca Panen
            Penanganan pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
1) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a)      Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat
b)      Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c)      Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

2) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a)      Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b)      Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c)      Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
d)     Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.
3)               Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
a)      Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b)      Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
c)      Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
d)     Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
·         Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
·         Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
1)      Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
2)      Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
3)      Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1- 2 menit.
4)      Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
5)      Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

II.5.     Analisis Ekonomi Budi Daya
II.5.1.  Analisis Usaha Budi Daya
Analisis budidaya ikan mas koki dengan luas lahan 70 m2 (kapasitas 1000 ekor) selama 7 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat.
1) Biaya produksi
a)      Sewa dan pembuatan kolam Rp. 1.500.000,-
b)      Benih ikan 1.000 ekor, @ Rp.100,- Rp. 100.000,-
c)      Pakan
·         Cacing rambut 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 225.000,-
·         Pelet udang 10 kg @ Rp. 9.500,- Rp. 95.000,-
·         Tepung jagung 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,-
·         Ganti air 7 bulan x 4 x2 @ Rp. 5.000,- Rp. 140.000,-
·         Tenaga kerja 28 minggu @ Rp.10.000,- Rp. 280.000,-
·         Obat-oabatan Rp. 10.000,-
d)     Peralatan Rp. 50.000,-
e)      Lain-lain Rp. 150.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.625.000,-
2) Pendapatan
a)      Panen I (2 bulan) 400 ekor @ Rp.1.000,- Rp. 400.000,-
b)      Panen II (4 bulan) 250 ekor @ Rp. 3.000,- Rp. 750.000,-
c)      Panen III ( 2 bulan) 250 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 2.500.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 3.650.000,-
3) Keuntungan dalam 7 bulan Rp. 1.025.000,-
a)      Keuntungan per bulan Rp. 146.425,-
4) Parameter kelayakan usaha B/C ratio 1,39
II.5.2.  Gambaran Peluang Agribisnis
            Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan mas dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Apabila pasaran lokal ikan mas mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.






















BAB III
PENUTUP

III.1.    Simpulan
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak.
Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum.
Keberadaan Ikan Mas menjadikan Indonesia memiliki sumber daya lestari terpendam yang khas dan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
Ikan Mas  meruapakan salah satu komoditi perikanan yang pasaran ekspornya cukup menonjol, sehingga selama sekitar 10 tahun terakhir telah berkembang cukup pesat. Karena besarnya permintaan pasaran internasional, menyebabkan munculnya inisiatif masyarakat untuk mengembangkan usaha ikan Mas dengan cara budidaya.
Secara teknis budidaya ikan Mas dapat dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia, karena didukung oleh sumber daya alam dan iklim yang sesuai dengan tuntutan hidup ikan Mas. Tetapi untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, diperlukan intensifikasi pemeliharaan dan technological engineering terutama dalam penyediaan bibit yang dipijahkan secara teknologis.

III.2.    Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penguraian isi makalah ini masih jauh dari nilai kesempurnaan sebuah makalah, karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun atau memotivasi penulis guna untuk penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanmakalahilmiah.blogspot.com
http://luattah85.blogspot.com
http://www.carabudidayaternak.com
http://detvitriagembelelite.blogspot.com
http://kemonbaca.blogspot.com/2012/02/contoh-format-kerangka-makalah.html



SEMOGA DAPAT MEMBANTU KAWAN SEMUA....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar