Selamat Datang di Blog selaluterinspirai.blogspot.com Terimakasih atas kunjungannya, Arigatou Gosaimasu!

Selasa, 18 November 2014

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN TELOR ASIN by MAULANA ARDIAN


BAB I
PENDAHULUAN
I.1.       Latar Belakang
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c3/Osmose.jpg/220px-Osmose.jpg            Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.


Diagram yang menggambarkan peristiwa osmosis.
            Telur yang direndam didalam larutan garam akan mengalami osmosis karena telur tersebut ditempatkan ditempat/lingkungan yang konsentrasinya lebih encer/rendah daripada di dalam telur (isi telur). Telur sebagai sel tunggal yang terbungkus cangkang yang memiliki pori-pori dan merupakan membran yang bersifat selektif permeabel, kuning telur sebagai inti. Hal itu menyebabkan air garam masuk ke dalam telur melewati membran/cangkang telur karena konsentrasi di dalam lebih tinggi daripada di luar, sehingga telur menjadi asin. Hal ini juga sesuai dengan pengertian osmosis yaitu proses perpindahan molekul-molekul zat terlarut dari konsentrasi rendah (hipotonik) ke konsentrasi tinggi (hipertonik).
I.2.       Tujuan
 Tujuan dari praktikum ini adalah:
1.      Mengetahui cara pembuatan telur asin.
2.      Mengetahui proses osmosis pada pembuatan telur asin.
3.      Mengatahui bahwa pembuatan telur asin dapat dijadikan sebagai ide membuat wirausaha.



BAB II
METODE PRAKTIKUM
II.1.     Waktu dan Tempat
            Praktikum pembuatan telur asin ini berlangsung pada tanggal 26 September 2014
II.2.     Alat, Bahan dan Rincian Biaya
            Alat:
1.      2 buah Toples kecil
2.       1 buah Plastik 1 kg
3.      Sendok Pengaduk
4.      Amplas
5.      Selotip

Bahan:
1.      4 buah telur bebek kualitas baik @Rp. 1.750 : Rp. 7.000
2.      2 bungkus garam dapur @Rp. 500 : Rp: 1.000
3.      2 bungkus Abu Gosok  @ Rp. 1.000 : Rp. 2.000
4.      1 buah bata merah tumbuk halus (bisa mencari di sisa bekas bangunan)
5.      Air

Rincian Biaya:
Total Biaya Rp: 10.000
Jika dipasaran telur asin dijual seharga Rp. 3.000 – 3.500 maka keuntungan yang didapat untuk stiap 4 butir telur adalah
Rp 3000 x 4 : Rp. 12.000
12.000 – 10.000 : 2000
Jadi keuntungan per satu butir teur asin adalah Rp.500 - 1000
Jika kita membuat lebih banyak, maka untungnya semakin banyak.
II.3.     Prosedur Kerja
            Metode yang digunakan:
1.      Pembuatan telur asin dengan larutan air garam
2.      Pembuatan telur asin dengan menimbun telur pada campuran bata merah, abu gosok dan garam.

Cara membuat telur asin dengan larutan garam:
Langkah Kerja:
1.      Pilihlah Telur kualitas baik, caranya dengan merendam dalam air, jika teur mengapung berarti kurang baik.
2.      Amplas telur bebek dengan perlahan supaya pori – porinya terbuka.
3.      Siapkan toples kecil dan isi dengan air setengahnya.
4.      Masukkan 1 bungkus garam dan aduk hingga larut
5.      Masukan 2 telur bebek kedalamnya
6.      Agar telur tidak mengapung pada larutan garam, maka timbunlah dengan plastik berisi air didalamnya.
7.      Tutup toples dan rekatkan dengan selotip, tidak lupa untuk memberi nama dan tanggal dibuat pada tutup toples.
8.      Tunggu selama 4 – 20 hari, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan.
9.      Setelah itu rebus/kukus telur tersebut hingga matang.
10.  Telur siap disajikan/dipasarkan.



Cara membuat telur asin dengan menimbun telur pada campuran bata merah, abu gosok dan garam.
Langkah Kerja.
1.      Pilihlah Telur kualitas baik, caranya dengan merendam dalam air, jika teur mengapung berarti kurang baik.
2.      Amplas telur bebek dengan perlahan supaya pori – porinya terbuka.
3.      Siapkan toples kemudian isi dengan bata merah yang ditumbuk halus, abu gosok, dan garam, perbandingannya 2:2:3, kemudian campurkan sedikit air supaya teksturnya menyerupai pasta, kemudian aduk dengan penganduk dalam toples.
v



4.      Ambil sebagian adonan diatas dan tempelkan pada telur, sampai seluruh permukaan telur tertutupi adonan merata.

 





5.      Keruk sebagian adonan dalam toples untuk menyimpan telur yang telah dibalut adonan.







 








6.      Masukan telur yang telah dibalut pada lekukan yang telah dibuat tadi.




7.      Timbun kembali dengan adonan dan padatkan.




8.      Tutup toples dan rapatkan sengan selotip, tidak lupa untuk memberi nama dan tanggal dibuat pada tutup toples.




9.      Tunggu selama 4 – 20 hari, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan.
10.  Setelah itu rebus/kukus telur tersebut hingga matang.
11.  Telur siap disajikan/dipasarkan.








BAB III
PEMBAHASAN

III.1.    Proses yang Terjadi pada saat Penggaraman

  1. Telur yang direndam dalam media garam akan mengalami osmosis yaitu proses perpindahan molekul zat terlarut dari konsentrasi rendah (hipotonik) ke konsentrasi lebih tinggi (hipertonik) sehingga telur menjadi asin.
  2. Berat telur akan bertambah akibat dari masuknya suatu molekul ke dalam telur, dalam hal ini air dan garam yang masuk ke dalam telur.
  3. Berat telur bertambah sedangkan volume air berkurang, hal ini dikarenakan molekul air dan garam bergerak masuk ke dalam telur karena larutan garam lebih hipotonik dibanding isi telur yang hipertonik sehingga menyebabkan hemolysis atau masuknya molekul air dan garam ke dalam telur, sehingga berat telur bertambah tetapi volume air berkurang.
  4. Tekstur kuning telur pada telur asin akan berubah menjadi lebih keras karena ketika molekul air dan garam masuk ke dalam telur, maka air dan garam masuk ke putih telur karena konsentrasi putih telur lebih pekat daripada larutan  garam, tetapi perlu kita ingat bahwa masih ada kuning telur yang konsentrasinya jauh lebih pekat dibanding dengan putih telur dan larutan garam. Sehingga molekul air dan garam masuk ke kuning telur, tetapi lebih banyak garam yang masuk dibanding dengan air. Semakin lama, garam yang terdapat di dalam kuning telur akan semakin menumpuk sehingga kuning telur akan mengeras karena kelebihan mineral garam.
III.2.    Struktur telur
Beberapa  telur unggas,  pada umumnya terbagi atas tiga bagian utama. Didalam telur, bagian kuning telur terdapat pada bagian paling dalam, bagian ini diikat dengan putih telur oleh kalaza. Kantong udara (air cell) merupakan rongga yang terdapat pada bagian tumpul isi telur. Kantung udara ini berfungsi sebagai tempat pemberi udara pada waktu embrio bernafas.Oleh karena itu, letak embrio pada telur tepat dibelakang kantong udara. Apabila kantong udara terletak dibagian runcing, maka besar kemungkinan calon ayam atau bebek tersebut akan mati didalam telur.
1.       Kulit telur
      Telur  unggas biasanya mempunyai kulit yang halus, kuat dan berkapur. Faktor-faktor yang pempengaruhi ketebalan kulit telur antara lain sifat turun-temurun dari induknya, musim/cuaca pembuahan, makanan induk dan faktor fisiologi lain. Contohnya ayam yang mendapat makanan dengan kandungan kalsium (Ca) yang cukup banyak akan menghasilkan telur dengan kulit yang lebih tebal.
      Kekuatan dan ketebalan kulit telur menjadi pelindung isi telur dari serangan-serangan dari luar. Dalam kondisi lingkungan yang baik dan kulit tetap utuh maka isi telur akan aman dari serangan mikrobia, namun apabila ada sedikit saja keretakan atau lubang pada kulit telur, maka isi telur akan sangat mudh terserang mikrobia.
Kulit telur terdiri dari 4 bagian utama pembentuk kulit yaitu :
a.       Kutikula
b.      lapisan bunga karang
c.       lapisan mamila
d.      lapisan membrana
Kutikula adalah lapisan luar yang menyelubungi seluruh permukaan kulit telur. Lapisan ini sangat tipis, pada telur ayam dan telur bebek berkisar  3 sampai 10 mikron. Lapisan ini dibentuk oleh protein yang berupa musin (mucin). Sifat kutikula ini tidak mempunyai pori-pori terbuka, namun dapat dilalui oleh gas sehingga uap air dan gas CO2 dapat keluar dari isi telur.
Lapisan bunga karang adalah bagian terbesar dari kulit telur, letaknya dibawah kutikula. Laisan ini teriri dari protein serabut berbentuk anyaman dan lapisan kapur terdiri dari kalsiuj karbonat (CaCO3), kalsium fosfat (Ca3 (PO4)2), magnesium karbonat (MgCO3), dan magnesium fosfat (Mg3(PO4)2.
Lapisan mamila adalah lapisan ketiga pada kulit telur, lapisan ini berbentuk bongol-bongol dengan penampang bulat atau lonjong. Tebal lapisan ini lebih kurang sepertiga tebal seluruh kulit dan terdiri dari bagian amyaman protein  dan mineral.   
Lapisan yang paling dalam adalah lapisan membrana yang terdiri dari dua lapisan selaput yang berbentuk seperti kertas perkamen. Ketebalannya sekitar 65 mikron. Makin kearah bagian tumpul makin tebal. Membrana yang melekat pada mamila lebih tebal daripada membrana yang berhubungan dengan putih telur. Umumnya kulit telur ayam lebih tipis dibandingkan telur bebek. (Anonimus, 2007).


III.3.          Kandungan Gizi Telur
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Masa kadaluwarsa telur asin bisa mencapai satu bulan (30 hari). (Anonimusa, 2009)
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Hampir semua lemak dalam sebutir telur itik terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35 persen, sedangkan di bagian putihnya tidak ada sama sekali. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol. Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi (bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi, anak-anak, maupun golongan lanjut usia. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur. (Anonimusb, 2009)

III.4.    Pengawetan Telur
Usaha pengawetan telur sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur ayam & bebek. Salah satu penyebab kerusakan telur adalah karena terjadinya pertumbuhan pada mikroba pada telur tersebut. Supaya telur menjadi lebih awet, maka dilakukan proses pengawetan. Tujuan pengawetan telur adalah untuk mengurangi jumlah awal sel jasad renik didalam telur, memperpanjang fase adaptasi semaksimum mungkin sehingga pertumbuhan mikroba diperlambat, memperlambat fase pertumbuhan logaritmik , dan mempercepat fase kematian mikroba.
Prinsip pengawetan telur adalah untuk :
1.      Mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur;
2.      Mencegah keluarnya air dari dalam telur.
Cara pembuatan telur asin dengan menggunakan adonan garam akan menghasilkan telur asin yang jauh lebih bagus mutunya, warna lebih menarik, serta cita rasa yang lebih enak. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur. Berkurangnya kadar air menyebabkan telur menjadi lebih awet karena air digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan. Pada umumnya konsentrasi garam 10-15% sudah cukup untuk membunuh sebagian besar jenis, kecuali bakteri halofilik yaitu bakteri yang tahan terhadap garam yang tinggi seperti Staphylococcus aureus, yang dapat tumbuh pada larutan garam 11-15%, bila pH nya 5-7.
Menurut Sukendra (1976), untuk menghasilkan telur asin yang memiliki karakteristik disukai diperlukan waktu 12 hari pengasinan. Menurut  Kautsar (2005), proses pengasinan telur memerlukan waktu selama 15 – 30 hari. Sedangkan proses pengasinan dengan larutan garam jenuh memerlukan waktu sekitar 7 – 10 hari. Lama waktu proses tersebut masih menjadi permasalahan yang harus dipecahkan, karena selain lama perendaman erat kaitannya dengan efisiensi waktu proses pengasinan telur, juga erat kaitannyadengan karakteristik organoleptik telur asin yangdihasilkan. Kulit telur ayam yang lebih tipis jika dibandingkan kulit telur bebek membuat garam lebih mudah masuk ke dalam telur ayam jika dibandingkan ke dalam telur bebek, sehingga untuk telur ayam seharusnya perlu menggunakan waktu selama yang waktu yang digunakan untuk pengeraman telur bebek.

III.5.    Proses Masuknya Garam ke dalam Telur
Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman dalam larutan garam dan pemeraman oleh adonan campuran garam dengan tanah liat, atau abu gosok atau bubuk bata merah Prinsip kedua cara tersebut adalah dehidrasi osmosis, yaitu proses pengurangan air dari bahan dengan cara membenamkan      bahan   dalam suatu     larutan ber- konsentrasi tinggi, larutan tersebut mempunyai  tekanan osmosis tinggi. Dehidrasi osmosis (osmotic dehydration) merupakan proses perpindahan massa secara simultan (countercurrent flows) antara keluarnya air dari bahan dan zat terlarut berpindah dari larutan ke dalam bahan. Perpindahan massa osmosis dinyatakan sebagai kehilangan air (WL,water loss) dan penambahan padatan, SG,      solid gain). Aplikasi dehidrasi osmosis dalam proses pengasinan, terlihat dengan keluarnya air dari dalam telur bersamaan dengan masuknya larutan garam ke dalam telur. (Kastaman dkk, 2005)
Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. Garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada telur. Makin lama dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalamnya, sehingga telur menjadi semakin awet dan asin. Lamanya telur dibungkus adonan ini harus disesuaikan dengan selera masyarakat yang akan mengonsumsinya. (Anonimusa, 2009)
Pada proses pembuatan telur asin terjadi pertukaran ion yang bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+.  Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap . (Underwood, 2001). Ion Na didapatkan dari garam sedangkan ion H+ berasal dari air . Dengan demikian, ion Na masuk kedalam telur dan kadar air berkurang, akibatnya telur menjadi asin.
III.6.    Kualitas Telur Asin
Kualitas telur ditentukan oleh :
1.      Kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur)
2.      Kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan kulit telur).
Penilaian terhadap mutu telur asin dapat dilakukan dengan menggunakan parameter berikut:
Ø  Telur asin stabil sifatnya, artinya dapat disimpan lama tanpa mengalami kerusakan. Semakin banyak garam yang digunakan dan semakin lama waktu pengasinan, telur akan semakin awet dan asin. Setiap orang mempunyai selera yang berbeda mengenai rasa asin ini. Karena itu, penggunaan garam dan waktu pengasinan sebaiknya dibatasi, sampai taraf yang enak dinikmati oleh lidah konsumen.
Ø  Aroma dan rasanya enak. Telur asin yang baik akan bebas dari rasa amis, pahit, bau amoniak, bau busuk, serta rasa dan bau lainnya yang tidak diharapkan.
Ø  Telur asin yang baik hanya mengandung minyak di bagian pinggirnya saja.
Ø  Apabila campuran adonan garam yang digunakan tidak sempurna, yang dihasilkan adalah putih telur yang berwarna kebiruan. Bila ke dalam adonan ditambahkan sedikit kapur, putih telur akan berwarna kekuningan.
Ø  Letak kuning telur yang dikehendaki adalah di tengah-tengah. Apabila bergeser, kemungkinan penyebabnya adalah telur segar yang digunakan sudah rusak atau peletakan telur dalam tempayan tidak tepat. Sebaiknya telur diletakkan dengan bagian tumpulnya menghadap ke atas. (Prof. DR. Ir. Made Astawan, MS. Guru Besar Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB)

BAB IV
PENUTUP
IV.1.    Kesimpulan
Ø  Dari praktikum ini kita dapat mengetahui bagaimana cara membuat telur asin dengan dua metode diatas.
Ø  Kita dapat mengetahui bahwa dalam proses pengasinan telur terjadi proses osmosis.
Ø  Telur asin dapat kita jadikan sebagi salah satu usaha yang cukup menjanjikan.

 IV.2.   Kritik dan Saran
Penulis berharap kiranyalaporan praktikum ini  dapat menjadi salah satu bahan bacaan yang bermanfaat bagi para pembaca yang haus akan ilmu dan keterampilan, untuk dapat mempersiapkan diri dalam kompetisi persaingan yang sehat dalam hal penciptaan peluang kerja yang produktif.

DAFTAR PUSTAKA



Pembaca yang baik adalah yang meng- copy paste artikel ini dan meyertakan Link http://selaluterinspirasi.blogspot.com/ pada laman DAFTAR PUSTAKA, terimakasih telah menjadi pembaca yang baik... :D

Ringkasan Materi Sejarah kelas XI kurikulum 2013 BAB 1



RINGKASAN MATERI BAB I SEJARAH INDONESIA KELAS XI
Mengevaluasi Penjajahan Pemerintah Hindia Belanda




Disusun Oleh:
(XI MIA 4)
Fina Kusniawati
Fiq Fernandi
Fuji Kusumawicitra
Galih Ferdiana
Haky Tri Eryawan
Iman Nurjaman
Lisnawati
Maulana Nur Ardian
M. Isya
SMAN 1 CIKEMBAR
2014/2015
Mengevaluasi Penjajahan Pemerintah Hindia Belanda
1.      Masa Pemerintahan Republik Bataaf

A.    Pemerintahan Herman Williem Daendels (1808-1811)
H.W. Daendels sebagai gubernur jendral memerintah di Nusantara pada tahun 1808-1811. Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Jawa agar tidak dikuasai oleh Inggris. Dalam rangka mengemban tugasnya Daendels melakukan beberapa langkah strategis menyangkut beberapa bidang
Ø  Bidang Pertahanan dan Keamanan

Memenuhi tugas mempertahankan Jawa dari serangan Inggris, Daendels
melakukan langkah-langkah:
a.       Membangun benteng-benteng pertahanan baru
b.       Membangun pangkalan angkatan laut di Anyer dan Ujungkulon. Namun pembangunan pangkalan di Ujungkulon boleh dikatakan tidak berhasil
c.        Meningkatkan jumlah tentara, dengan mengambil orang-orang pribumi karena pada waktu pergi ke Nusantara, Daendels tidak membawa pasukan. Oleh karena itu, Daendels segera menambah jumlah pasukan yang diambil dari orang-orang pribumi, yakni dari 4.000 orang menjadi 18.000 orang.
d.      Membangun jalan raya dari Anyer (Jawa Barat, sekarang Provinsi Banten) sampai Panarukan (ujung timur Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur) sepanjang kurang lebih 1.100 km. Jalan ini sering dinamakan Jalan Daendels.

Ø  Bidang Pemerintahan
a.       Membatasi secara ketat kekuasaan raja-raja di Nusantara.
b.      Membagi Pulau Jawa menjadi sembilan daerah prefectuur/prefektur (wilayah yang memiliki otoritas). Masing-masing prefektur dikepalai oleh seorang prefek. Setiap prefek langsung bertanggung jawab kepada Gubernur Jenderal. Di dalam struktur pemerintahan kolonial, setiap prefek membawahi para bupati.
c.       Kedudukan bupati sebagai penguasa tradisional diubah menjadi pegawai pemerintah (kolonial) yang digaji. Sekalipun demikian para bupati masih memiliki hak-hak feodal tertentu.
d.      Kerajaan Banten dan Cirebon dihapuskan dan daerahnya dinyatakan sebagai wilayah pemerintahan kolonial.

Ø  Bidang Peradilan
a.       Daendels membentuk tiga jenis peradilan: Peradilan untuk orang Eropa, orang Timur Asing, dan Pribumi,
b.      Pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu.

Ø  Bidang Sosial Ekonomi
a.       Daendels melaksanakan berbagai perjanjian dengan penguasa Surakarta dan Yogyakarta yang intinya melakukan penggabungan banyak daerah kedalam wilayah pemerintahn kolonial, misalnya daerah Cirebon.
b.      Meningkatkan usaha pemungutan uang dengan cara pemungutan pajak.
c.       Meningkatkan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia.
d.      Rakyat diharuskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannnya.
e.       Melakukan penjualan tanah-tanah kepada pihak swasta.

B.     Pemerintahan Jan Willem Janssen (1811)
Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke negerinya. Ia digantikan oleh Jan Willem Jansen. Jansen memcoba memperbaiki keadaan, namun kenyataannya menjadi sebaliknya. Pada tanggal 26 Agustus 1811 Batavia jatuh ke tangan Inggris. Penyerahan Janssen ke tangan Inggris secara resmi ditandai dengan adanya Kapitulasi tuntang pada tanggal 18 September 1811.

2.      Perkembangan Kolonialisme Inggris di Indonesia (1811-1816)
A.    Kebijakan Dalam Bidang Pemerintahan
Membuat kontrak politik:
a.       Sultan Raja resmi ditetapkan sebagai Sultan Hamengkubuwana III, dan Pangeran Natakusuma (Saudara Sultan Sepuh) ditetapkan sebagai penguasa tersendiri di wilayah bagian dari Kasultanan Yogyakarta dengan gelar Paku Alam I.
b.      Sultan Hamengkubuwana II dengan puteranya Pangeran Mangkudiningrat diasingkan di Penang.
c.       Semua harta benda milik Sultan Sepuh selama menjabat sebagai sultan dirampas menjadi milik pemerintah Inggris.

B.     Tindakan Dalam Bidang Ekonomi
Beberapa kebijakan dan tindakan yang dijalankan Raffles antara lain sebagai berikut:
a.       Pelaksanaan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) yang kemudian meletakkan dasar bagi perkembangan sistem perekonomian uang.
b.      Penghapusan pajak dan penyerahan wajib hasil bumi.
c.       Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.
d.      Peletakkan desa sebagai unit administrasi penjajahan.

3.      Dominasi Pemerintahan Kolonial Belanda
A.    Jalan Tengah Bersama Komisaris Jenderal
Setelah kembali ke tangan Belanda, tanah Hindia diperintah oleh badan yang diberi nama Komisaris Jenderal. Komisaris Jenderal ini dibentuk oleh Pangeran Willem VI yang terdiri atas tiga orang, yakni: Cornelis Theodorus Elout (Ketua), Arnold Ardiaan Buyskes (anggota), dan Alexander Gerard Philip Baron Van der Capellen (anggota). Sebagai rambu-rambu pelaksanaan pemerintahan di negeri jajahan Pangeran Willem VI mengeluarkan Undang-Undang Pemerintah untuk negeri jajahan (Regerings Reglement) pada tahun 1815. Salah satu pasal dari undang-undang terebut menegasakan bahwa pelaksanaan pertanian dilakukan secara beba. Hal ini menunjukan bahwa ada relevansi dengan keinginan kaum liberal sebagaimana diusulkan oleh Dirk Van Hogendrop.

B.     Sistem Tanam Paksa
Raja Willem terrtarik serta setuju dengan usulan dan perkiraan Van de Bosch yang mencetuskan gagasan sistem tanam paksa sebagai langkah menagtasi problem ekonomi. Tahun Van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal baru di Jawa.
Ketentuan-ketentuan sistem tanam paksa:
a.       Penduduk menyediakan sebagian dari tanahnya untuk pelaksanaan Tanam Paksa.
b.      Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk pelaksanaan Tanam Paksa tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yanjg dimiliki penduduk desa.
c.       Waktu dan pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman Tanam Paksa tidak boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
d.      Tanah yang disediakan untuk tanaman Tanam Paksa dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.
e.       Hasil tanaman yang terkait dengan pelaksanaan Tanam Paksa wajib diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda.  Jika harga atau nilai hasil tanaman ditaksir melebihi pajak tanah yang harus dibayarkan oleh rakyat.
f.       Kegagalan panen yang bukan disebabkan oleh kesalahan rakyat petani, menjadi tanggungan pemerintah.
g.      Penduduk desa yang bekerja di tanah-tanah untuk pelaksanaan Tanam Paksa berada di bawah pengawasan langsung para penguasa pribumi, sedang pegawai-pegawai Eropa melakukan pengawasan secara umum.
h.      Penduduk yang bukan petani, diwajibkan bekerja di perkebunan atau pabrik-pabrik milik pemerintah selama 65 hari dalam satu tahun.
Dari pelaksanaan tanam paksa ini Belanda telah mengeruk keuntungan dan kekayaan kekayaan dari tanah Hindia. Dari tahun 1831 hingga tahun 1877 perbendaharaan kerajaan Belanda telah mencapai 832 gulden, utang-utang lama VOC dapat dilunasi, kubu-kubu dan benteng pertahanan dibangun. Belanda menikmati keuntungan di atas penderitaan orang pribumi. Tanam paksa telah membawa penderitaan rakyat. Banyak pekerja yang jatuh sakit. Mereka di paksa fokus bekerja untuk  tanam paksa, sehingga nasib diri sendiri dan keluarganya tidak terurus. Bahkan kemudian timbul bahaya kelaparan di berbagai daerah. Misalnya di Cirebon (1843-1844), di Demak (Tahun 1849) dan Grobogan pada tahun 1850.


C.     Sistem Usaha Swasta
Sistem usaha swasta pada awalnya menjadi pengganti sistem tanam paksa yang menyiksa rakyat. Kaum liberal menuntut pelaksanaan tanam paksa di Hindia Belanda diakhiri. Hal tersebut didorong oleh terbitnya dua buah buku yang dikarang Douwes Dekker pada tahun 1860, yang memberikan kritik keras terhadap pelaksanaan tanam paksa. Tetapi bagi rakyat Bumiputera pelaksanaan usaha swasta tetap membawa penderitaan. Pertanian rakyat semakin merosot. Dengan demikian rakyat tetap hidup menderita.

D.    Perkembangan agama Kristen
Perkembangan agama kristen di Indonesia secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, protestan dan katholik. Daerah timur Indonesia merupakan daerah mayoritas agam kristen. Proses masuknya agama kristen ke Indonesia ini dapat dikatakan dalam dua gelombang atau dua kurun waktu. Yaitu pada abad ke enam kelompok kristiani di India Selatan yang menyebar ke bergabagai daerah, kemudian pada abad ke sembilan di Kedah yang kemudian membuat jalur pelayaran penyebaran agama kristen dari India ke Nusantara.