Selamat Datang di Blog selaluterinspirai.blogspot.com Terimakasih atas kunjungannya, Arigatou Gosaimasu!

Kamis, 08 September 2016

Essay S3

Assalamaualaikum Wr.Wb

Sudah lama tak jumpa, kali ini adaa essay yang akan saya posting, meskipun sepertinya masih abal-abal. Maklum belum mahir. Essay ini saya kirimkan saat diberi tugas ospek Universitas, ospek di Unsoed sendiri dinamakan dengan Soedirman Student Summit (S3). Tugasnya adalah setiap mahasiswa baru disuruh untuk membuat sebuah essay, minumun 700 kata (kalau tidak salah) yang tema atau isinya berkaitan dengan program studi yang diambil. Nih, jadi buat kalian yang akan menjadi calon mahasiswa baru Unsoed, siap-siap aja membuat essay dari sekarang, hehe, keuntungannya kalau misalkan essay kalian terbaik se-Unsoed maka akan dinobatkan sebagai Duta Baca Soedirman. Wow kan?. Dibawah ini adalah essay yang saya buat untuk acara tersebut, jujur baru pertama kali membuat essay, makanya isi atau stuktur kebahasaanya masih berantakan, ditengah tekanan batin pula meninggalkan kampung halaman. (sad)


Tutut, Solusi Murah Atasi Kekurangan Gizi
Oleh: Maulana Nur Ardian

            Keanekaragaman hayati yang melimpah  merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada Indonesia. Segala bentuk keanekareagaman hayati itu bisa kita jumpai di darat maupun perairan. Dengan didukung oleh letak geografis yang sangat strategis, tepat di bawah garis khatulistiwa. Menjadikan Indonesia sebagai Negara tropis yang tentunya memiliki keuntungan jika sumber daya manusianya bisa memanfaatkan dengan baik sumber daya alamnya.
Sektor pertanian adalah salah satu bagian penting bagi sebuah Negara tropis, hal yang tak kalah penting adalah padi, hasil pertanian yang satu ini adalah hal yang paling pentingbagi kelangsungan hidup warga Negara Indonesia. bagaimana tidak padi atau beras yang ditanam di sawah sudah menjadi kebutuhan pokok, namun banyak yang kita tidak sadari, ada hal yang terabaikan dari sebuah lahan pertanian, utamanya sawah, ternyata selain fungsi utama sawah untuk menanam padi, masih banyak keanekaragaman hayati yang terdapat di sawah, salah satunya adalah tutut, atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai keong sawah, namun orang Indonesia sendiri lebih familiar dengan nama tutut (Sunda) ataupun kraca (jawa), karena jika keong sawah mengarah pada spesies keong yang hidup di darat, sedangkan tutut hidup di perairan.
Miris saat masih banyak kasus gizi buruk di Indonesia, pada tahun 2016 ini tercatat 95 kasus (DEPKES) gizi buruk terjadi di Indonesia, hal ini terjadi pada kalangan masyarakat tak mampu secara ekonomi, padahal secara rasional di Indonesia banyak sekali sumber pangan yang tentunya dapat memenuhi asupan gizi dan mudah didapat. Tutut, ya tutut bisa dijadikan sebagai alternatif, sebagai hewan yang hidup di sungai maupun sawah, tutut acapkali dianggap sebagai hama oleh petani, maka dari itu perlu adanya edukasi yang dapat memberikan pemahaman mengenai pemanfaatan dari hewan air ini.
Jika dikaji lebih dalam, komposisi gizi dalam 100 gr tutut (Bellamiya javanica) mengandung energi sebesar 90 kkal, air 79 gr, protein 16,1 gr, karbohidrat 2 gr, lemak 1,4 gr, magnesium 250 mg, kalsium 170 mg, zat besi 3,5 mg, fosfor 272 mg, kalium 382 gr, niacin 1,4 mg, folat 6 mcg, vitamin A 100 IU, dan vitamin E 5mg (USDA 2006). Dalam hal ini protein dalam 100 gr tutut (16,1 gr) hampir sama deengan protein dalam 100 gr daging kambing (16,6 gr). Ini bisa dijadikan alternatif sumber protein yang cukup dan terjangkau tentunya..
Kandungan kalsium sebagai pembentuk tulang yang biasanya terdapat dalam susu dapat diperoleh dari tutut, selain itu terdapat protein hewani, juga vitamin A yang penting untuk kesehatan mata, dan juga bisa digunakan sebagai obat beberapa penyakit diantaranya diabetes, kuning, liver, maag, dan kolesterol, ini semua bisa didapat dari tutut.
Meskipun manfaatnya cukup banyak, namun pengolahan daging tutut harus dilakukan dengan benar. Menurut penelitian menunjukkan bahwa keong sawah atau tutut berperan sebagai perantara cacing Termatoda pada manusia. Oleh karena itu, teknologi diperlukan dalam hal ini, penelitian menunjukkan larva cacing usus akan mati jika direbus selama 20 menit menggunakan api besar, 39 menit menggunakan api sedang, dan 62 menit menggunakan api kecil.
Sebagai mahasiswa teknologi pangan, seharusnya tutut bisa diolah menjadi berbagai macam kegunaan, mulai dari cangkang, lendir, dan dagingnya. Memang saat ini masih banyak orang yang enggan mengonsumsinya. Dikarenakan bentuk dari tutut yang terkesan menjijikan, padahal jika kita mampu mengolahnya dengan teknologi pasti kesan jijik yang ditimbulkan akan hilang.
Teknologi pengolahan keong di Indonesia belum berkembang dengan baik, hal ini disebabkan karena kurang populernya tutut atau keong sawah untuk produk olahan pangan. Teknologi pengolahan tutut di Indonesia hanya terbatas pada pengolahan menjadi masakan tradisional dan makanan ringan saja. Padahal dilihat dari kandungan gizinya sangat menjanjikan dan teknologi daging lumat (Surimi) memungkinkan di terapkan untuk pemanfaatan tutut menjadi bernilai ekonomis tinggi. Surimi adalah produk setengah jadi yang diolah dengan melumatkan daging ikan, udang, kepiting atau keong-keongan, kemudian dicuci dengan air dingin untuk menghilangkan sifat organoleptis yang kurang menarikdan setelah itu dipisahkan airnya. Namun saat ini belum ada surimi yang berbahan dasar tutut.
Surimi merupakan teknologi pengolahan daging ikan yang secara tradisional telah digunakan oleh masyarakat Jepang dengan menggunakan peralatan sederhana. Saat ini pengolahan surimi secara komersil telah diproduksi secara mekanis. Surimi biasanya dikemas dan disimpan beku. Ada dua jenis surimi yang beredar di pasaarn saat ini yaitu mu-en surimi yaitu surimi yang dibuat tanpa penambahan garam, dan ka-en surimi yaitu surimi yang dibuat dengan penambahan garam. Surimi dan daging lumat merupakan produk setengah jadi yang dapat diolah menjadi berbagai jenis produk, seperti bakso, sosis, nugget, burger, sate lilit, otak-otak dan pempek. Surimi yang beredar di pasaran saat ini hanya terbatas pada surimi berbahan dasar kepiting, ikan maupun udang.
Surimi tutut bisa dijadikan salah satu rujukan untuk program diversivikasi pangan yang sedang digalakkan pemerintah saat ini, terutama untuk memenuhi asupan protein, selain itu surimi tutut yang kaya akan protein ini bahan dasar nya mudah didapat dan tentunya sangat terjangkau. Dengan adanya penerapan teknologi pengolahan ini diharapkan  kekurangan gizi utamanya protein dapat teratasi, karena hanya  dengan ilmu danteknologi, tutut bisa dijadika sumber pangan yang kaya dan terjangakau, dbanding dengan protein hewani lainnya yang harganya terus melonjak di pasaran akhir-akhir ini.
Maka dari itu perlu adanya upaya penggalakkan untuk program pengolahan surimi tutut ini, mulai dari edukasi, pelatihan, pembuatan produk sampai dengan memasyarakatkan olahan surimi tutut ini, sampai akhirnya lidah kita akan terbiasa memakannya.
Dengan cara seperti ini yang sebenarnya tidak terlalu rumit, kita bisa memberikan penyuluhan dari manfaat tutut, dan sumber protein hewani yang terjangkau,maka diharapkan akan banyak orang yang tertarik untuk memulai bisnis ini. dan hal lain yang dapat dicapai dengan pengolahan tutut ini adalah hilangnya gizi buruk di Indonesia bagi kalangan tak mampu secara ekonomi, juga diversivikasi pangan pun dapat tercapai dan ikut menaikkan nilai dan daya jual dari tutut.





DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar